Rektor UMS Bakal Dikukuhkan Sebagai Guru Besar

Rabu, 07 Agustus 2019 - 18:42 WIB
Rektor UMS Bakal Dikukuhkan Sebagai Guru Besar
Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Profesor Dr Sofyan Anif M.Si saat memberikan keterangan pers, Rabu (7/82019), terkait pengukuhan dirinya sebagai Guru Besar. FOTO/SINDOnews/Ary Wahyu Wibowo
A A A
SOLO - Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Profesor Dr Sofyan Anif MSi bakal dikukuhkan sebagai Guru Besar di perguruan tinggi setempat, Kamis (8/8/2019). Pengukuhan akan dilakukan oleh Dirjen Sumberdaya Ipteks dan Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek-Dikti) Profesor Dr Ali Gufron M.Sc.

Profesor Sofyan Anif merupakan Guru Besar ke 19 yang dihasilkan UMS. Serta Guru Besar ketiga untuk bidang manajemen pendidikan di UMS. Sekaligus Guru Besar ke 25 di UMS mengingat ada sejumlah Guru Besar yang dikukuhkan dari Perguruan Tinggi lain. Sejumlah tokoh dijadwalkan akan hadir antara lain Profesor Malik Fadjar, M.Sc (Anggota Wantimpres RI), Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dr Haedar Nasir, M.Si.

Tamu lainnya yang akan datang antara lain mantan mantan Rektor UMS, alumni UMS yang sudah menjadi Guru Besar, Ketua Forum Rektor Indonesia, dan Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Profesor

Jamal Wiwoho. “Judul pidato pengukuhan saya adalah “Pengembangan Sumberdaya Pendidik Berbasis Continuous Professional Development (CPD) pada Era Disrupsi,” kata Sofyan Anif di Kampus UMS Solo, Rabu (7/8/2019).(Baca Juga: Tim UMS Siap Bertarung di Final Kompetisi Robot Nasional
Pertimbangan dirinya memilih judul itu karena pendidikan masih menjadi persoalan yang aktual. Saat itu, kompetensi guru dinilai masih masuk kategori belum optimal. Sementara, peradaban dunia makin berkembang pesat terkait ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Sehingga menghadirkan fenomena

era industri 4.0. Sedangkan di negara lain yang lebih maju kini telah memasuki era 5.0.

Untuk bisa mewujudkan impian visi misi Indonesia Emas tahun 2045 karena telah berumur satu abad, maka salah satu strateginya adalah membawa Indonesia menjadi negara yang berkembang ilmu pengetahuan dan teknologinya. Harapan menjadi salah satu negara dari lima negara yang kuat dan maju di bidang ekonomi, maka ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat. Padahal kini, Indonesia masih tertinggal di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sofyan Anif menyebut baik buruk kondisi bangsa, salah satunya tergantung pada guru. “Sehingga guru harus mampu memotivasi siswa mengembangkan potensi yang dimiliki,” tegasnya. Untuk merumuskan strategi sebagai negara yang berkembang ipteknya, maka mindshet guru, pejabat eksekutif, legislatif, dan stakholder terkait harus dirubah. Sehingga pegembangan kompetensi guru berbasis CPD pada era disrupsi tak bisa dihindari.

Sebab merubah secara mendasar merupakan inti dari disrupsi sebagaimana tuntutan iptek ke depan. “Era disrupsi, guru harus mampu menghasilkan siswa yang memiliiki daya saing tinggi, memiliki daya kreativitas dan inovatif yang tinggi,” tandasnya. Dengan demikian, pola pembelajaran harus dirubah total. Guru kini bukan satu satunya sumber pembelajaran. Namun siswa pun menjadi sumber belajar dengan membuka internet dan apa yang ditemukan bisa menjadi bahan belajar.

Untuk itu, metode dan pendekatannya kini harus dirubah. Yakni tidak lagi satu arah berupa guru mengajar atau teacher centre. Kini student centre harus digalakkan agar pembelajaran menjadi dua arah. Sehingga, dirinya menawarkan peningkatan guru melalui CPD sebagai yang telah dilalui negara maju dengan pola yang terpadu. Guru harus orientasinya menerapkan konsep perkembangan iptek ke depan untuk sekarang. Sedangkan yang kini dijalani adalah menerapkan konsep yang lama untuk sekarang.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.5897 seconds (0.1#10.140)