Tim UMS Siap Bertarung di Final Kompetisi Robot Nasional

Selasa, 18 Juni 2019 - 20:14 WIB
Tim UMS Siap Bertarung di Final Kompetisi Robot Nasional
Tim robot UMS lolos ke final Kompetisi Robot Nasional yang akan digelar pada Kamis-Minggu (20-23/6/2019) di Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang. FOTO/IST/MENTARI.NEWS
A A A
JAKARTA - Tim robot Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) lolos ke final Kompetisi Robot Nasional yang akan digelar pada Kamis-Minggu (20-23/6/2019) di Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang.

Sebelumnya Robot Pemadam Api Indonesia Berkaki (RPAI Berkaki) yang dikembangkan mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik UMS meraih nilai tertinggi dalam Kontes Robot Indonesia (KRI) Regional III Tahun 2019 yang digelar di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Banyumas, 27 April 2019.

Selain RPAI Berkaki, UMS sebenarnya juga mengikutisertakan dua robot lain, yakni robot penari/Robot Seni Tari Indonesia (RSTI) dan robot sepak bola/Robot Sepak Bola Humanoid (RSBI Humanoid). Namun, hanya RPAI Berkaki yang mendapat nilai tinggi dan lolos ke final.

Kabag Penalaran, Kreativitas dan Soft Skill Biro Kemahasiswaan UMS, Ahmad Kholid Alghofari mengatakan, robot pemadam api UMS sebenarnya berada di posisi lima besar. Padahal dalam kategori ini, hanya empat besar yang bisa lolos ke final.

"Tapi lomba robotik ini kan tidak hanya satu regional, ada beberapa regional. Ternyata ada regional lain yang saat lomba robotik jenis pemadam api ini hanya ada 2 robot yang lolos final. Karena dari regional lain ada yang kurang peserta finalnya, maka ditambah tim robot yang memperoleh nilai tinggi untuk masuk final. Ternyata Alhamdulillah tim robot UMS bisa masuk ke final," kata Kholid seperti dikutip dari mentari.news, Selasa (18/6/2019).

Dalam pelaksanaan lomba, robot buatan UMS mampu memenuhi kualifikasi perlombaan dengan mampu melakoni dua dari tiga percobaan. "Jadi robotnya itu itu berkaki, dia diletakkan dalam bidang seperti puzzle. Dia jalan mencari sumber api. Ketemu sumber apinya, robot harus bisa mematikan api itu. Terus balik lagi ke posisi awal. Robot kita bisa. Kan tiga kali dia (percobaan). Yang pertama gagal, yang kedua ketiga berhasil," tutur Kholid.

Kholid mengungkapkan bahwa robot pemadam api UMS sempat mengalami masalah terkait jarak dari posisi awal sampai ke titik api. Kemudian sempat juga menabrak halangan sehingga tidak bisa mematikan titik api. Namun program robot kemudian bisa diperbaiki dan berhasil dijalankan.

"Robot harus sesuai dengan program. Tapi yang juga menentukan adalah kecepatan. Nah, itu juga saling terkait. Maka bukan hanya sekedar program, tapi device (alat) itu harus bagus dan baik termasuk sensor, penggerak, motor. Ini teman-teman sudah kita minta riset lagi, memperbaiki lagi sehingga saat di final bisa lebih siap lagi," tutur Kholid.

Kegagalan robot sepakbola dan robot tari milik UMS, menurut Kholid, karena saat perlombaan mengalami masalah pada sensornya. Saat mengidentifikasi, robot harus melihat bola, pergerakannya ke mana. Robot juga harus melihat posisi gawang.

"Karena itu Pembacaan sensornya itu penting sekali. Ada papan atau dinding dia bisa baca pakai sensor ini. Jika sensor salah membaca, efeknya terjadi yang tidak diinginkan, efeknya tidak bagus. Kebetulan pas pelaksanaan bertemu dengan juara umum KRN tahun lalu, UNY," tuturnya.

Adapun robot tari, kata Kholidi, sebenarnya cukup bagus. Robot itu bisa menari sesuai musik yang diperdengarkan. Namun di tengah lomba terjadi masalah di mekanisnya yang menyebabkan robot tidak bisa jalan dan sempat terjatuh. Sehingga tidak mendapat nilai yang baik.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9725 seconds (0.1#10.140)