Mahasiswa Gunungkidul Pulang dari China: Nyaris Terjebak di Kota Mati

Selasa, 04 Februari 2020 - 21:50 WIB
Mahasiswa Gunungkidul Pulang dari China: Nyaris Terjebak di Kota Mati
Arif Nur Rofiq bersama mahasiswa China asal Indonesia saat di Bandara Bangkok, Thailand sebelum menuju Jakarta. Foto/Dok.Pribadi Arif Nur Rofiq
A A A
GUNUNGKIDUL - Mahasiswa Yangzhou Polytechnic College, China, Arif Nur Rofiq akhirnya bisa kembali ke kampung halamannya di Kabupaten Gunungkidul. Di tengah keterbatasan ekonomi, dia akhirnya mendapatkan bantuan uang dari kerabat.

"Saya mendapatkan kiriman uang dari beberapa keluarga. Kemudian saya diminta pulang dengan alasan keselamatan dan kesehatan. Kemudian saya mencari tiket pesawat yang murah untuk pulang," kata Arif Nur Rofiq kepada SINDOnews, Selasa (4/2/2020).

Diakui Arif, dia hampir nekat bertahan di kota yang berjarak 700 km dari Wuhan tersebut. Untuk bertahan hidup dia mendapatkan bantuan sembako dari para dosen. Namun semakin hari Kota Yangzhou tambah sepi, ruko-ruko tutup, moda transportasi tidak lagi beroperasi. (Baca Juga: Kisah Dramatis Perjalanan Pulang Mahasiswa Gunungkidul dari China)

Dalam kondisi seperti itu, Opik sapaan akrab Arif Nur Rofiq, juga harus bertahan hidup. Sebagai mahasiswa, dia sebenarnya berusaha mencari pekerjaan di sebuah hotel. Namun baru dua minggu bekerja dia berpikir ulang untuk kembali ke Tanah Air karena 14 warga setempat terserang virus corona. "Inginnya sampai 3 tahun atau lulus kuliah Diploma 3, saya baru pulang. Namun situasinya benar-benar membuat saya waswas dan takut," katanya.

Terbatasnya uang yang dimiliki memaksanya tegar bertahan. Uang Rp1 juta yang dikirimkan orang tua yang bekerja sebagai tukang tambal ban dan juga perajin tempe harus cukup untuk hidupnya selama sebulan. Untuk sekali makan dia harus merogoh uang Rp30.000. Jadi wajar dia pun kesulitan biaya pulang ke Indonesia. "Alhamdulillah ada kiriman uang dari beberapa keluarga, saya beli tiket habis sekitar 1.000 yuan untuk pulang," katanya.

Selama di Yangzhou, Opik mengaku belum bisa melakukan komunikasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesai (KBRI). Dia hanya menerima imbauan untuk kembali ke Tanah Air tanpa solusi jelas. "Kalau tidak ada kiriman uang, ya bagaimana lagi saya bertahan di tengah kota yang saat ini sangat sepi dan di tengah ancaman vrisu corona," katanya.

Kondisi fisik Opik saat pulang sangat sehat. Tidak ada tanda-tanda demam, batuk, pilek dan sesak napas, sehingga dia lepas dari karantina di Bangkok, Thailand dan bisa kembali ke Indonesia.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.8837 seconds (0.1#10.140)