Dua Mahasiswa UGM Kembangkan Lampu Darurat Hemat Energi

Jum'at, 01 Februari 2019 - 23:41 WIB
Dua Mahasiswa UGM Kembangkan Lampu Darurat Hemat Energi
Fadhiela Noer Hafiezha (kiri) dan Chaieydha Noer Hafiezha menunjukkan la helist (lampu hemat listrik) yang diciptakannya karena terinspirasi seringnya mati lampu di Blora. FOTO/SINDOnews/IST
A A A
YOGYAKARTA - Dua mahasiswi Universitas Gadjah Mada (UGM)Yogyakarta berhasil mengembangkan inovasi baru. Lampu darurat hemat energi yang ramah lingkungan berhasil diciptakan dua kakak beradik asal Blora Jawa Tengah.

Fadhiela Noer Hafiezha (S1 Teknik Mesin) dan Chaieydha Noer Hafiezha (S2 Fakultas Pertanian) dua kakak beradik ini memanfaatkan fitting lampu yang dimodifikasi sehingga menghasilkan lampu dengan terang yang tidak berbeda seperti lampu yang menggunakan daya listrik PLN. Lampu yang dinamai La Helist (Lampu Hemat Listrik) mampu menjadi solusi bagi masyarakat dalam situasi darurat saat terjadi pemadaman listrik di malam hari.

Fadhiela Noer Hafiezha mengatakan, upaya menciptakan lampu emergency hemat energi ini terinspirasi dari seringnya pemadaman listrik di wilayah Blora. Pemadaman listrik kerap terjadi, terlebih dikala musim hujan sehingga mengganggu aktivitas masyarakat. “Di Blora sering terjadi pemadaman listrik dan masyarakat biasanya memakai lilin untuk penerangan. Padahal penggunaan lilin berpotensi terjadi kebakaran saat ditinggal tidur. Untuk itulah kami mengembangkan lampu emergency dari led dan menggunakan batu baterai yang aman dan praktis,” ungkapnya kepada wartawan Jumat (1/2/2019).

Dijelaskannya, lampu darurat tersebut dibuat menggunakan material lokal dan mudah diperoleh di pasaran. Komponen penyusun La Helist diantaranya adalah lampu led, fitting lampu, trafo ferit, kumparan email, resistor, transistor, saklar, serta batu baterai. “Pembuatan lampu ini sanagt mudah karena materialnya mudah didapatkan. Khusus ferit didapatkan dari limbah lampu yang tidak terpakai,” jelasnya.

Untuk menghidupkan lampu juga hanya menggunakan energi dari baterai kecil tipe AA 1,5 Volt yang biasa dipakai untuk baterai jam dinding. Lampu ini dibuat dalam dua jenis yakni berdaya 3 watt dan 9 watt. La Helist didesain secara minimalis dilengkapi dengan skalar. Dengan demikian La Helist bisa dibawa kemana-mana dan bisa dihidupkan kapan saja tanpa tergantung aliran listrik PLN. "Lampu ini mampu menyala hingga 12 jam dan juga lebih aman digunakan dibanding menggunakan lilin," ucapnya.

Fadhiela juga menjelaskan proses pembuatan lampu yang cukup sederhana. Hanya saja perlu ketelitian dan kesabaran dalam pengerjaan rangkaian lampu. “Dalam sehari mampu menghasilkan 15 hingga 20 lampu emergency,” jelasnya.

Sementara Chaieydha mengungkapkan , La Helist telah diproduksi secara massal di Blora. Dalam produksinya mereka dibantu 3 karyawan yang berlaku sebagai teknisi. La Helist dijual dengan harga terjangkau yakni Rp50.000 untuk lampu berdaya 3 watt dan Rp90.000 untuk daya 9 watt.
“Pemesanan sudah menjangkau wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi,” ungkapnya.

Kedua kakak beradik ini mengaku akan terus mengembangkan lampu tersebut. Salah satunya dengan menaikkan tegangan dari 1,5 volt menjadi 3 volt dengan baterai recharge agar dapat dipakai untuk penerangan rumah tangga.(Baca Juga: Friderica Widyasari Dewi Jadi Doktor ke-4.438 dari UGM(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.7210 seconds (0.1#10.140)