Tim Apraisal Mulai Survei Lahan Kereta Bandara YIA

Selasa, 15 Oktober 2019 - 21:14 WIB
Tim Apraisal Mulai Survei Lahan Kereta Bandara YIA
Tim apraisal independen hari ini melakukan survei dan pendataan di lapangan. FOTO/iNews.id/Kuntadi
A A A
KULONPROGO - Pengadaan lahan untuk jalur kereta api dari Stasiun Kedundang, Temon Kulonprogo menuju ke bandara internasional Yogyakarta (Yogyakarta International Airpot/YIA) mulai dilaksanakan hari ini. Tim apraisal independen hari ini melakukan survei dan pendataan di lapangan.

Pendataan ini dilaksanakan oleh tiga tim di tiga desa yang dilewati jalur kereta bandara. Yakni Desa Kaligintung, Desa Kalidengen, dan Desa Glagah yang semuanya berada di wilayah Kecamatan Temon. Pengadaan ini dilakukan oleh Dirjend Perkeretaapian dengan melibarkan tim apraisal independen yang berbeda-beda di setiap desa.

“Kami hanya dapat di satu desa, dua desa lain dikerjakan tim lain,” jelas Uswatun Khasanah, dari tim apraisal MBPRU, melalui pesan ketika dikonfirmasi Selasa (15/10/2019).

Dalam pendataan di Desa Kaligintung, dilaksanakan oleh tim apraisal bersama dengan dari PT KAI. Mereka juga didampingi dari desa dan aparat kepolisian. Tim ini melakukan pendataan di lapangan dari sisi barat Stasiun Kedundang ke arat dan selatan mengenai pasar desa dan sejumlah rumah warga.

Di Dusun Siwates, Desa Kedundang, ada sekitar 12 rumah warga yang bakal ikut tergusur proyek bandara. Selain itu kios dan lapak di pasar juga akan terkena. Selebihnya hanya lahan kebun dan persawahan saja.

Kepala Desa Kaligintung, Harjono mengatakan, program pengadaan lahan ini dilakukan dengan sistem percepatan. Tim langsung turun ke bawah untuk melakukan pendataan. Sebelumnya sudah ada sosialisasi kepada warga terdampak.

“Kita lakukan pendataan secara estafet, yang penting warga jangan sampai dirugikan,” jelasnya.

Dari hasil pendataan ini, kata kades, akan menjadikan penentu besaran ganti rugi. Dari sosialisasi telah disampaikan kompensasi yang kan diberikan lebih tinggi dari harga pasaran. Harapannya nantinya warga akan mendapatkan harga yang lebih pantas dan bisa mencari lahan pengganti. “Kalau warga belum terima ada mekanismenya, tetapi konsepnya adalah ganti untung,” jelasnya.

Dari 12 kepala keluarga yang terkena proyek jalur kereta, mereka berharap ada relokasi. Apakah menggunakan tanah sendiri, tanah kas desa atau menggunakan tanah magersari menempati lahan Pakualaman (PA Ground) yang ada di Siwates. “Warga kalau pindah atau relokasi tidak jauh. Kalau bisa di Siwates,” tuturnya.

Salah satu warga terdampak, Siti Murniah mengaku jalur kereta bandara akan menggusur kios yang dijadikan usaha keluarganya. Kios ini dibangun di atas tanah kas desa dengan sistem sewa. “Kita menolak juga ga bisa. Kita ikut saja,” jelasnya.

Siti muniah juga mengaku belum memiliki gambaran berapa kompensasi yang bakalan dia terima. Namun kios ini sudah dibangun sejak 2015 dan menjadi penopang kehidupan keluarga.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.0691 seconds (0.1#10.140)