Mata Uang Libra Ditolak Negara G7 karena Dianggap tak Aman

Selasa, 15 Oktober 2019 - 11:30 WIB
Mata Uang Libra Ditolak Negara G7 karena Dianggap tak Aman
Dianggap Tidak Aman, Mata Uang Libra Ditolak Negara G7
A A A
LONDON - Penolakan dialami mata uang kripto Libra yang dikeluarkan Facebook. Penolakan berasal dari negara-negara maju anggota kelompok G7. Itu dikarenakan Libra dianggap sebagai mata uang yang tidak aman. G7 juga menganggap, negara ekonomi besar dunia juga memperingatkan mata uang digital seperti Libra bisa membahayakan sistem keuangan global.

Itu menunjukkan Libra sepertinya tidak akan mendapatkan persetujuan dari otoritas keuangan. Kekhawatiran berlebihan terhadap Libra membuat G7 menyusun tim gugus tugas yang terdiri dari para pejabat bank sentral seperti Badan Moneter Internasional (IMF) dan Badan Stabilitas Keuangan (FSB) yang mengordinasi aturan ekonomi G20.

“G7 percaya bahwa tidak ada proyek mata uang digital hingga operasinya mendapatkan kepastian hukum karena terdapat tantangan dan risiko yang dihadapi,” demikian keterangan laporan tersebut, dilansir BBC. Mereka juga meragukan jaminan Libra mendapatkan dukungan dari bank sentral dan pemerintah.

Dalam laporan terpisah oleh FSB, mereka memperingatkan mata uang Libra bisa menganggu regulasi keuangan. “Perlunya tantangan Libra harus dinilai dan dibahas menjadi masalah yang diprioritaskan,”kata Ketua FSB Randal Quarles dalam suratnya kepada para menteri keuangan G20. FSB kini bekerja sama dengan para pejabat di seluruh dunia untuk mengidentifikasi kesenjangan aturan.

Facebook telah memperingatkan tentang kemungkinan penundaan peluncuran Libra menyusul banyak perlawanan dan penentangan dari berbagai pihak. Bukan hanya Libra yang mendapatkan kritik dan ketakutan berlebihan. JPM Coin yang dikeluarkan JP Morgan juga mendapatkan kritik dan perlawanan dari banyak lembaga keuangan pemerintah.

Libra Terguncang?

Peringatan dari G7 itu hanya beberapa hari setelah lembaga pembayaran raksasa seperti Mastercard dan Visa menarik diri dari proyek Libra. Itu dikarenakan adanya ketidakpastian mengenai aturan. Stripe, eBay dan PayPal juga menarik diri dari skema tersebut. Namun, Libra masih didukung penuh oleh Uber dan Lyft.

PayPal merupakan perusahaan besar yang pertama kali menyatakan diri dari Libra Association. Paypal sendiri menyatakan mereka akan fokus pada bisnis utamanya sendiri. “Kita masih mendukung aspirasi Libra dan melihat dialog berlanjut untuk bekerja sama di masa mendatang,” demikian keterangan resmi PayPal dilansir Reuters.

Sebagai respons atas keluarnya PayPal, Libra Association berbasis di Jenewa menyatakan mereka mengetahui tantangan dan upaya untuk merekonfigurasi sistem keuangan. “Upaya rekonfigurasi sistem keuangan akan sulit. Komitmen untuk misi ini sangat penting bagi kita dibandingkan lainnya,” demikian keterangan Libra Association.

Mengenai dampak kehilangan Visa dan Mastercard dalam Libra Association belum bisa dianalisis lebih lanjut. Dua perusahaan itu memegang duopoli penguasaan kartu kredit dan debit di Amerika Serikat dan Eropa. Kedua perusahaan itu juga menjadi jalan bagi perkembangan sistem pembayaran di negara berkembang.

Awalnya, ketika Visa dan Mastercard bergabung, Facebook bisa mengakses jaringan kedua perusahaan tersebut dan mengizinkan penggunanya mengubah mata uang tradisional menjadi Libra. Tekanan politik yang kuat terhadap Facebook seperti menjadi alasan Visa dan Mastercard keluar dari aliansi Libra.

Visa sendiri menyatakan sedang mengkaji kembali potensi keanggotaan Libra Association jika Facebook mampu memenuhi ekspektasi peraturan yang dibutuhkan. Visa melihat halangan regulasi dan politik bagi Libra menjadi hal berat. Para pendukung Libra mengklaim kalau mata uang kripto tersebut melindungi konsumen dan tidak bisa digunakan untuk pencucian uang dan pendanaan terorisme.

Libra juga diklaim sebagai mata uang digital yang stabil dan bisa digunakan di mana saja. Mereka juga mengklaim Libra berbeda engan Bitcoin karena mereka adalah mata uang mapan layaknya dolar dan euro. Facebook dan Libra Association menolak berkomentar.

Eksekutif Facebook yang menangani proyek Libra, David Marcus, mengungkapkan kehilangan dukungan dari perusahaan besar merupakan bentuk “pembebasan”. “Kamu mengetahui kalau kamu berusaha membuat sesuatu ketika semakin ditekan, maka semakin jadi,” kata Marcus.

Analis dari Gartnet Avivah Litan mengungkapkan, pembelotan banyak perusahaan dari Libra Association menjadi “kemunduran besar” bagi Facebook dan Libra. “Upaya mereka bisa membunuh proyek (Libra),” katanya dilansir CBS News. Namun, dia menyadari keluarnya banyak perusahaan tersebut bukan menjadi akhir dari upaya Libra. Itu bisa hanya karena faktor perselisihan saja,” ujarnya.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 5.7270 seconds (0.1#10.140)