Instiper Yogya Buka Minat Khusus Teknologi Industri Kayu Ringan

Senin, 14 Oktober 2019 - 18:24 WIB
Instiper Yogya Buka Minat Khusus Teknologi Industri Kayu Ringan
Wakil ketua umum ILWA Sumarji (kiri) dan rektor Instiper Yogyakarta Harsa Wardana melakukan penandatangan kerjasama optimaliasi kayu ringan di Grha Instiper Yogyakarta, Jalan Nangka, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Senin (14/10/2019). FOTO/Dok Humas Instipe
A A A
YOGYAKARTA - Indonesia Light Wood Association (ILWA) atau asosiasi kayu ringan Indonesia dan Instiper Yogyakarta melakukan kerjasama optimalisasi potensi dan pengolahan kayu ringan Indonesia. Sebagai tindaklanjutnya wakil ketua umum ILWA, Sumardji dan Rektor Instiper Harsa Wardana menandatangi kesepakatan kerjsama, di Grha Instiper Yogyakarta, Jalan Nangka, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Senin (14/10/2019).

Raktor Instiper Yogyakarta Harsa Wardana mengatakan, kayu ringan merupakan material yang memiliki potensi luar biasa. Dengan pertumbuhannya yang cepat membuat ketersediaan kayu ringan seperti sengon dan jabon tersedia dengan melimpah di wilayah Indonesia.

Indonesia juga merupakan negara yang memproduksi dan mengekspor plywood dan blockboard terbesar di dunia. Sehingga dengan inovasi produk turunan kayu ringan seperti mebel dan interior mobil atau pesawat, akan membuka peluang untuk perkembangan pasar baru dan dapat meningkatkan perekonomian di Indonesia karena produk inovasi kayu ringan banyak masuk ke negara Eropa.

“Hanya saja untuk standar kayu ringan hingga sekarang belum ada, yang ada baru standar kayu keras. Termasuk teknologi pengolahannya juga belum optimal. Karena itu harus segara ada solusinya,” kata Harsa Wardana di sela-sela Indonesia Light Wood Cooperation Forum (ILCF) 4th atau forum kerjasama kayu ringan Indonesia ke 4 di Grha Instisper Yogyakarta, Senin (14/10/2019).

Selain itu, aspek manajemen dan pengembangan produk hingga sekarng juga belum ada yang memikirnya. Untuk itu, di ILCF ini, selain membicarakan soal pemenuhan kebutuhan bahan baku dan standarisasi dan industri untuk meningkatkan pertumbuhan kayu ringan di Indoensia, juga ada kerjasama oprimaliasi kayu ringan antara ILWA dengan Instiper Yogyakarta. Di antaranya Instiper akan membuka program minat khusus sarjana teknologi kayu ringan.

“Meski ini program S1 namun nanti akan banyak praktiknya, sehingga akan disusun bersama kurikulum yang pas. Termasuk juga bisa berkembang vokasi dan training. Program ini akan dibuka tahun akademik 2020 mendatang,” jelasnya.

Sumardji menambahkan kerjasama dengan Instiper ini untuk menyiapkan SDM, terutama gerakan inovasi dan pengembangan industri kayu ringan dalam bentuk produksi bukan komoditi. Termasuk untuk menyiapkan bibit kayu ringan yang unggul. Karena itu perlu sarjana kehutanan yang ahli dalam pengolahan kayu ringan dan program di Instiper ini akan menjadi satu-satunya di Indonesia.

“Sampai sekarang kebutuhan industri kayu ringan 40 juta meter per kubik per tahun. Dari jumlah ini, 90% diekspor dalam bentuk setengah jadi,” tandasnya.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.5051 seconds (0.1#10.140)