10 Kilogram Maggot Dapat Memakan Sampah Organik 7 Kilogram

Senin, 14 Oktober 2019 - 07:00 WIB
10 Kilogram Maggot Dapat Memakan Sampah Organik 7 Kilogram
Setiap 10 kilogram maggot dapat memakan sampah organik hingga tujuh kilogram. IST
A A A
SEMARANG - Selain terus berinovasi dan berkreasi dalam penanganan sampah, ada pula hewan yang secara alami memakan sampah yakni maggot.

Maggot adalah belatung pemakan sampah. Hewan kecil yang biasa ditemui di tempat sampah itu berperan memusnahkan sampah organik, yang sudah tidak dapat diolah kembali menjadi kompos.

Ketua Karang Taruna Ikrar Bakti Dusun Krajan, Desa Kandangan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Ngadiyono menjelaskan, daya musnah maggot terhitung tinggi.

Setiap 10 kilogram maggot dapat memakan sampah organik hingga 7 kilogram. Dengan memakan sampah itu, maggot yang berprotein tinggi dibudidayakan sebagai pakan ternak pengganti konsentrat penunjang nutrisi pada unggas.

“Karena mengandung protein yang sangat tinggi, maggot bisa menggantikan konsentrat kalau kita beternak unggas. Untuk lele, perikanan, maupun untuk mancing dan burung, bisa menggantikan kroto,” jelas Ngadiyono pada Kongres Sampah 2019 di Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Minggu (13/10/2019).

Tak hanya pengolahan residu sampah organik, residu sampah anorganik pun bisa dimanfaatkan. Lihat saja paving plastik yang dipamerkan Ngadiyono di Kongres Sampah.

Paving itu dibuat dari plastik nonekonomis, seperti bungkus bakso, bungkus cilok, bungkus minuman sachet yang tidak memiliki nilai jual. Pengolahannya dengan cara dibakar maupun direbus agar meleleh atau mecair untuk kemudian dicetak menjadi paving. Paving dari bahan limbah plastik ini mampu menahan beban truk bermuatan 10 ton.

“Bungkus plastik ini kita bawa ke bank sampah. Ini kita bakar, kita rebus sehingga menjadi paving lebih berguna minimal menjadi lebih ringkes dan kecil. Setiap satu paving menghabiskan tiga kilogram sampah plastik,” tambahnya.

Ngadiyono dan rekannya juga mengembangkan pengolahan limbah diapers yang dikategorikan limbah B3 sebagai media tanam.

Caranya, dengan melakukan fermentasi di mana gelnya berfungsi sebagai media tanam, dan hasil cairannya berguna sebagai pupuk cair. Jika digunakan sebagai media tanam, perbandingan tanah dan gel adalah 2:1.

Kendati begitu, dia menegaskan, hasil olahan limbah tersebut tidak untuk dijual secara besar-besaran. Melainkan untuk mengampanyekan kepada masyarakat jika sampah dari berbagai jenis bisa membawa berkah.

“Tujuannya adalah lebih ke penyadaran, pemahaman. Jadi niatnya kampanye. Itu sangat pas dengan kami. Kami saat ini bukan jualan, tapi kami kampanye, yuk, sampah ini kita gunakan,” jelas Ngadiyono.

Dengan adanya gerakan itu diharapkan masyarakat tidak perlu lagi kerja bakti membersihkan gorong-gorong atau got yang tersumbat sampah. Sebab, sampah sudah digunakan hingga habis.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.8707 seconds (0.1#10.140)