Ini Empat Rekomendasi Kongres Sampah untuk Gubernur Jateng

Minggu, 13 Oktober 2019 - 07:00 WIB
Ini Empat Rekomendasi Kongres Sampah untuk Gubernur Jateng
Sidang komisi sesi I dalam Kongres Sampah mengeluarkan empat rekomendasi kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. FOTO/HUMAS PEMPROV JATENG
A A A
SEMARANG - Sidang komisi sesi I dalam Kongres Sampah mengeluarkan empat rekomendasi kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Selain persoalan anggaran, rekomendasi kelima komisi tersebut menitikberatkan pada edukasi persampahan terhadap masyarakat.

Kongres Sampah yang berlangsung di Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang Sabtu-Minggu (12-13/10) terbagi dalam lima komisi. Setiap komisi melakukan pembahasan isu-isu yang berbeda secara mendalam. Setelah itu setiap komisi mengeluarkan rekomendasi.

"Pada sidang komisi sesi pertama ini ada empat rekomendasi yang kami berikan. Soal edukasi persampahan terutama soal pemilahan, alat angkut, fasilitas termasuk TPA yang representatif dan dukungan anggaran dari pemerintah," kata Putut Yulianto, panitia Kongres Sampah, Sabtu (12/10/2019). (Baca Juga: Ganjar: Olahan Sampah Bernilai Ekonomis dan Bermanfaat Bagi Lingkungan)

Keempat rekomendasi tersebut dikeluarkan beserta turunannya yang dihasilkan oleh lima komisi yang membahas isu berbeda. Komisi I, Sampah Sebagai Komoditas Ramah Lingkungan. Komisi II, Pengembangan Ilmu dan Teknologi Penanganan Sampah. Komisi III, Regulasi, Kebijakan dan Program Penanganan Sampah yang Ramah Lingkungan. Komisi IV, Penguatan Konsolidasi dan Sinergi Pemangku Kepentingan Persampahan. Komisi V, Gerakan Anti Sampah Non-Organik.

"Sidang komisi ini masih akan berlanjut sampai besok (hari ini) dan akan memberikan rekomendasi final pada Gubernur Jawa Tengah untuk kemudian diterbitkan dalam kebijakan," katanya.

Lima Komisi tersebut anggotanya terdiri dari akademisi, aktivis, pengusaha dan dari unsur pemerintah. Salah satunya adalah Natalia Desi, dari Balai PSDA Bodri Guto yang masuk di Sidang Komisi V. Dia mengatakan, persoalan mendasar yang mesti dilakukan adalah edukasi persampahan terhadap masyarakat, terutama soal pemanfaatan yang bukan sekadar persoalan komersial.

"Kalau kita pahami lebih ke lingkungan. Kalau itu sudah dipegang aspek lain akan menyusul. Gerakan lebih dari hati. Sekarang kan influencer banyak yang bergerak di situ. Lebih peka terhadap sampah saja. Semoga seperti warga desa Kesongo. Gerakan peduli lingkungan," ujarnya.(Baca Juga: Ganjar Mau Pesan Mobil Esemka dengan Desain Khusus Angkut Sampah)

Apa yang telah jadi budaya di Desa Kesongo memang menjadi alasan mendasar dipilihnya desa tersebut jadi tuan rumah Kongres Sampah. Karena mereka memilah sampah sejak dalam rumah. Untuk itu Ganjar berharap desa lain untuk meniru apa yang telah dilakukan desa yang terletak di antara Gunung Ungaran dan Gunung Telomoyo itu. Bahkan dia berjanji bakal mengunjungi desa yang menerapkan hal serupa.

"Jika ada yang mendeklarasikan desa bersih, saya kunjungi. Tolong di-list desa itu. Gerakan ini akan kita dengungkan terus-menerus," katanya.

Ganjar mengatakan, ini merupakan upaya awal untuk menuntaskan persoalan sampah di Jawa Tengah bahkan Tanah Air. Selain di bertempat di desa yang telah membudayakan pengelolaan sampah secara baik, semua elemen masyarakat juga dilibatkan dan bakal dijadikan rujukan menerbitkan kebijakan.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.0620 seconds (0.1#10.140)