UAS: Demokrasi Tak Halangi Umat Jalankan Ajaran Islam

Sabtu, 12 Oktober 2019 - 23:48 WIB
UAS: Demokrasi Tak Halangi Umat Jalankan Ajaran Islam
UAS memberikan materi seminar Moderasi Islam #3 di Masjid Ulil Albab kampus terpadu UII Jalan Kaliurang km 14.5 Ngaglik, Sleman, Sabtu (12/10/2019). FOTO/IST
A A A
SLEMAN - Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar seminar Moderasi Islam #3 dengan tajuk Integrasi Islam dan Ilmu Pengetahuan di masjid Ulil Albab kampus terpadu UII Jalan Kaliurang Km 14.5 Ngaglik, Sleman, Sabtu (12/10/2019).

Acara itu menghadirkan pembicara akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Kasim Syarif, Riau, Ustad Abdul Somad (UAS) dengan moderator dosen UII Yogyakarta Nurcholis serta pengantar seminar Rektor UII Fathul Wahid.

Ustad Abdul Somad (UAS) dalam seminar itu mengawali dengan menceritakan dirinya. Mulai dari cerita tentang S1 di Al Azhar Mesir, S2 di Daar al-Hadits Al-Hassania Institute, Maroko dan S3 di Omdurman Islamic Universty, Sudan. Dia mengatakan dalam menyelesaika pendidikan S1 sampai S3 diselesaikan dengan cepat. Penjelasan ini seakan untuk membantah sejumlah pihak yang sebelumnya menyebut UAS tidak pas untuk mengisi kuliah umum.

Usai menjelaskan tentang riwayat pendidikanya, UAS kemudian mengupas tentang apa itu ilmu dan pengetahuan. UAS membagi pengertian ilmu dari barat dan Arab. Menurutnya Ilmu dari barat merupkan pengetahuan tentang sesuatu (benda/orang) yang sesuai dengan fakta dan kenyataan, jika tidak sesuai dengan fakta dan kenyataan berarti hoax.

Sedangkan dari Arab ilmu merupakan kenyataan yang kuat yang sesuai fakta. “Meski ada beda definisi ilmu pada awalnya, namun ujungnya sama yaitu sesuai dengan fakta dan kenyataan. Jika tidak sesuai dengan fakta dan kenyataan berarti bukan ilmu,” tandasnya.

UAS juga menjabarkan perbedaan ilmu dan sains. Ilmu merupakan cara untuk mempelajari berbagai aspek tertentu dari alam secara terorganisir, sedangkan sains yakni cara untuk mengetahuinya dengan metode yang terbakukan. “Untuk mempelajari ini semuanya, Allah menciptakan akal untuk mencerna yang tersurat dan tersirat,” tandasnya.

Dalam kesempatan itu UAS juga membahas tentang Islam dan politik. Menurut UAS, demokrasi tidak menghalangi kaum muslim menjalankan syariah dan nilai ajaran Islam. Ini bisa implementasikan melalui berbagai undang-undang dan aturan hukum, seperti peraturan gubernur, peraturan bupati, peraturan desa dan lainnya.

“Di sini umat Islam harus menjalankan seluruh nilai agamanya melalui jalur yang konstitusional. Ingat juga, kejayaan Islam akan datang kembali dengan kemajuan ilmu pengetahuan,” paparnya. Setelah memaparkan materi, seminar diakhir dengan tanya jawab.

Sementara itu sebelumnya Rektor Fathul Wahid dalam pengantarnya menceritakan sejarah berdirinya UII. Sejumlah tokoh yang juga pendiri bangsa mendirikan Sekolah Tinggi Islam (STI) di Gondangdia, Jakarta, 26 Juli 1945. Karena saat itu ibu kota pindah ke Yogyakarta STI juga pindah ke Yogyakarta dan memakai Ndalem Pengulon di komplek masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta pada April 1946. Kemudian nama STI pada dan tahun 1947 diubah menjadi UII.

“Jadi STI merupkan tempat bertemunya ilmu dan agama, untuk membimbing kearah kesejahteraan umat. Sehingga selaras dengan tema seminar ini,” kata Fathul Wahid.

Menurut Fathul ilmu dan agama itu tempat bersatunya ada di UII dan itulah alasannya mengapa seminar ini mengankat tema Integrasi Islam dan Ilmu Pengetahuan. Yaitu dalam rangka iktiar untuk mencapai itu, Islam yang komprehenship dan sempurna serta wawasan kebangsaan Indonesia yang kuat, yakni leader atau pemimpin bangsa. “Jadi tema integrasi islam dan ilmu pengetahuan ini pas dan nanti akan di eksplorasi dalam seminar ini,” paparnya.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.3318 seconds (0.1#10.140)