Kebakaran TPA Putri Cempo Sulit Dipadamkan, Berharap Hujan Segera Turun

Kamis, 10 Oktober 2019 - 11:31 WIB
Kebakaran TPA Putri Cempo Sulit Dipadamkan, Berharap Hujan Segera Turun
Petugas menyemprotkan air ke area kebakaran di TPA Putri Cempo, Solo, Kamis (10/10/2019). FOTO/SINDOnews/Ary Wahyu Wibowo
A A A
SOLO - Pemerintah Kota (Pemkot) Solo kesulitan memadamkan secara total kebakaran di area tempat pembuangan akhir (TPA) Putri Cempo di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres. Musim kemarau yang panas, sampah nonorganik, dan gas metan mengakibatkan api sulit dijinakkan.

Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kota Solo Gatot Sutanto mengatakan, karakteristik kebakaran di TPA Putri Cempo mirip kebakaran di lahan gambut. Pihaknya sejauh ini hanya bisa mengurangi asap yang muncul. "Apalagi tumpukan sampah bukan bahan organik alami saja. Ada bahan sintetis seperti plastik hingga karet ban, dan kain," kata Gatot Sutanto, Kamis (10/10/2019).

Jika sudah terbakar, maka pemadamannya sangat susah. Jika disemprot air saja, maka api tidak segera padam karena hanya mengambang pada bahan-bahan sintetis. "Kalau di atas (sampah) apinya sudah tidak ada, tapi di bawah masih membara, sehingga asap masih muncul yang akhirnya mengganggu pemukiman warga," katanya.

Petugas pemadam kesulitan mendeteksi titik api yang berada di bawah tumpukan sampah. Belum tentu tempat munculnya asap, di bawahnya adalah titik bara api, sehingga asap terus keluar meski telah disemprot air. Belum lagi keberadaan gas metan yang muncul di tumpukan sampah.

Dinas Pemadam Kebakaran berharap musim hujan segera tiba agar api bisa padam total. Terlebih saat ini Kota Solo dan sekitarnya diprediksi mulai turun hujan. "Lebih efektifnya hujan, tapi kami tetap berupaya mengurangi dampak asap agar tidak terlalu mengganggu. Ketika asap pekat, kami drop banyak unit damkar," katanya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Solo, Sri Wardhani Poerbowidjojo mengatakan, keberadaan gas metan dari sampah organik diakui menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan sulitnya pemadaman. Gas metan terkungkung di bawah tumpukan sampah yang sudah overload.

"Kalau dulu ada jaringan pipa untuk membuang gas metan seperti septic tank itu. Tapi karena tumpukan sampah tinggi, jaringan pipa sudah tertutup," ujar Sri Wardhani.

Menyusul adanya kebakaran di TPA Putri Cempo, pembuangan sampah ada yang dialihkan ke tempat pembuangan di Randusari, kawasan Ringroad, meski lokasi itu juga telah overload. Jumlah sampah yang dihasilkan di Kota mencapai hampir 400 ton/hari yang berasal dari sektor usaha, pasar, rumah tangga.

Volume sampah terus meningkat karena pertambahan jumlah penduduk dan banyaknya kegiatan di Kota Bengawan. Salah satu cara mengurangi jumlah sampah adalah dengan mendirikan bank sampah yang kini jumlahnya telah mencapai 100 unit. Sebelum dibuang di TPA, sampah dipilah dulu mana yang bisa kembali dimanfaatkan, seperti dibuat pupuk kompos. Dengan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Putri Cempo, diharapkan persoalan sampah dan kebakaran di TPA ke depan sudah tidak ada lagi.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.3991 seconds (0.1#10.140)