Menaker: 50% Lulusan SLTA-S1 Tidak Nyambung Antara Pendidikan dan Pekerjaan

Selasa, 08 Oktober 2019 - 07:00 WIB
Menaker: 50% Lulusan SLTA-S1 Tidak Nyambung Antara Pendidikan dan Pekerjaan
Menaker Hanif Dhakiri (tengah) menjadi pembicara kuliah umum Upaya Mewujudkan Kedaulatan Pangan sebagai Lumbung Pangan Dunia Tahun 2045 di Instiper Yogyakarta, Jalan Nangka, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Senin (7/10/2019) sore. Foto/SINDOnews/Priyo Setyawan
A A A
SLEMAN - Menteri Tenaga Kerja (Menaker), Hanif Dhakiri mengatakan saat ini yang masih menjadi permasalahan dalam masalah dunia kerja yaitu skil. Ini penting, sebab miss macth (tidak sambung) antara pendidikan dengan pekerjaan masih cukup tinggi.

Terbukti 50% lulusan SLTA, Diploma dan S1 tidak sambung antara pendidikan dan pekerjaannya. Selain itu 58% dari 136 juta angkata nkerja masih lulusan SD dan SMP.

“Itulah tantangan bangsa Indonesia ke depan sehingga saat ini langkah yang dilakukan pemerintah agar bisa melindungi warga negara dengan meningkatkan skill (upskilling) untuk karir yang lebih baik," kata Hanif Dhakiri saat menjadi pembicara dalam kuliah umum Upaya Mewujudkan Kedaulatan Pangan sebagai Lumbung Pangan Dunia di Tahun 2045 di Grha Instiper, Jalan Nangka, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Senin sore (7/10/2019).

Hanif Dhakiri menjelaskan, untuk meningkatkan skill tersebut, di antarnya dengan menguatkan akses vokasi untuk peningkatan skill sesuai kebutuhan tenaga kerja atau kebutuhan wiraswasta. Apalagi di era digital ada perubahan model bisnis baru. Sehingga tuntutan juga berubah, ada yang skillnya berubah atau relevan dan ada skill yang mati atau tidak relevan.

"Perubahan pasar kerja dan skill di masa depan tergantung kita merespon dari perubahan zaman itu. Beradaptasi itu menjadi hal yang penting," paparnya.

Dalam kesempatan itu Hanif Dhakiri juga menyinggung di sektor pertanian masih memiliki tantangan besar, tapi produktivitasnya masih rendah, padahal 29% lebih tenaga kerja ada di sektor pertanian. Untuk itu memanfaatkan perkembangan teknologi yang masif, misal internet of thing dan artificial intelegence sangat penting.

"Kami punya Smarts Farming. Integrasi dengan teknologi harus dilakukan. Tantangan kita masih sangat besar," tutupnya.

Humas Instiper Yogyakarta Betti Yuniasih menambahkan, ada dua kegiatan utama dalam LPMPN ini, yakni stadium general dan talkshow di Grha Instiper, Senin (7/10/2019) serta kegiatan kepemimpinan yang diikuti 300 mahasiswa jurusan pertanian se Indonesia di wisma UKDW Kaliurang, 8-11 Oktober 2020.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.7469 seconds (0.1#10.140)