Alibaba Buat Peta Digital untuk PBB, Cegah Krisis Pangan

Sabtu, 28 September 2019 - 09:30 WIB
Alibaba Buat Peta Digital untuk PBB, Cegah Krisis Pangan
Staf Alibaba memberikan penjelasan peta digital hasil kerja sama antara Alibaba dan WFP untuk mengatasi kerawanan pangan dunia kepada peserta Apsara Conference di Hangzhou, China. Foto/KORAN SINDO/Abdul Hakim
A A A
HANGZHOU - Lebih dari 90 negara di dunia saat ini masih mengalami bencana kelaparan. Hal ini membuat banyak kalangan prihatin. Untuk membantu mengatasi krisis pangan ini, Alibaba Group menciptakan peta digital khusus bernama Hunger Map LIVE.

Dengan pemanfaatan teknologi artificial intelligence (AI), machine learning, dan data analytics, kondisi masyarakat yang menjadi korban krisis pangan akan lebih cepat terlacak. Selain itu, penanganan korban bakal lebih mudah karena teknologi ini mampu mendeteksi sejauh mana tingkat keparahan krisis pangan suatu negara. Pengawasan negara yang rawan kelaparan juga lebih tepat karena peta digital ini melaporkan data secara real time.

Peta digital Hunger Map LIVE merupakan hasil kerja sama antara Alibaba Group dengan badan pangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), World foof Programme (WFP). Peluncuran Hunger Map LIVE dilakukan di New York, Amerika Serikat, kemarin. Peta digital Hunger Map LIVE juga turut dipamerkan Alibaba pada Konferensi Komputasi Internasional Apsara yang berlangsung di Cloud Town, Hangzhou, China, kemarin.

Hunger Map LIVE mampu mengumpulkan semua informasi publik mengenai ketersediaan pangan, nutrisi, konflik lokal, dan cuaca. Bahkan peta digital ini merangkum berbagai data makroekonomi, termasuk dari WFP dalam satu platform. Dengan format ini, maka peta digital bisa menyajikan gambaran komprehensif tentang keadaan ketersediaan pangan global. Keunggulan sistem ini menggunakan teknologi machine learning untuk memprediksi ketersediaan pangan di masa depan, bahkan pada area-area yang memiliki data sangat terbatas.

Hasil analisis kelangkaan pangan yang muncul kemudian dikonversi oleh alat visualisasi data yang canggih pada level global, nasional, dan subnasional. Selanjutnya data ditampilkan pada peta yang interaktif. Dengan memiliki informasi yang akurat dalam satu platform, baik WFP, komunitas organisasi kemanusiaan, serta para pemimpin negara bisa memonitor dan mengidentifikasi berbagai potensi skenario negatif sejak dini.

Dengan begitu, para pihak terkait dapat mengambil langkah atau keputusan yang lebih tepat dan efisien, serta mengkalkulasikan biaya yang diperlukan. “Kami sangat antusias dapat menghadirkan teknologi dan sumberdaya kami untuk bersama-sama WFP mengatasi isu kelaparan. Peluncuran Hunger Map LIVE ini hanyalah langkah pertama,” ujar Alibaba Partner dan Chairman Alibaba Fundation Lijun Sun.

Lijun mengungkapkan, Alibaba Gropu telah membangun ekosistem teknologi terdepan untuk membantu masyarakat dunia. Kemitraaan dengan WFP memberikan perspektif baru terhadap Alibaba akan teknologi yang telah kami kembangkan. “Kemitraan ini juga sejalan dengan visi kami untuk mewujudkan dunia yang lebih baik dengan teknologi,” tandasnya.

WFP Executive Director David Beasley menyambut baik inovasi Alibaba ini karena Hunger Map LIVE menjadi peta visual yang menampilkan gambaran real-time. Dengan basis data ini, maka WFP bisa terbantu dalam mencari solusi terbaik.

Menurut David, peta digital ini sangat membantu WFP dalam mewujudkan transformasi digital. Kemitraan strategis antara Alibaba dan WFP telah dimulai sejak 2018. Pihaknya menyadari di era digital ini, kolaborasi dengan sektor teknologi sangatlah diperlukan. “Kami harus terus mengeksplor teknologi dan ide-ide terbaru, serta melakukan kerja sama strategis dengan berbagai mitra, agar bisa berkembang dengan lebih baik,” ungkap Beasley.

Peluncuran peta digital ini juga merupakan tonggak pertama dari kemitraan jangka panjang yang telah ditandatangani tahun lalu untuk menyatukan keahlian WFP dan Alibaba. Tujuannya adalah membebaskan dunia dari ancaman kelaparan sebelum tahun 2030. “Hunger Map LIVE adalah sumber informasi online yang terbuka dan bisa digunakan oleh siapapun,” papar Chief Economist and Director of WFP Arif Husain.

Arif merupakan orang yang menyediakan data dan Analisa mendalam tentang ketersediaan pangan. Selama ini, ujar Arif, kelangkaan pangan biasanya diukur secara statis. “Walau sesungguhnya kita tahu bahwa kelangkaan makanan bersifat dinamis dan dapat berubah setiap saat. Teknologi revolusioner ini dapat memperkirakan tingkat keterbatasan pangan di berbagai daerah di dunia,” kata dia.

Pada 2017, WFP dan Alibaba juga sudah bekerja sama pada proyek pengentasan kemiskinan untuk menghubungkan para petani kecil di Anhui, sebuah provinsi di bagian Timur China. Program pemberdayaannya melalui e-commerce untuk memberikan akses pasar bagi populasi kecil dan membantu para petani mendapatkan harga yang lebih tinggi untuk produksi mereka, yakni buah kiwi.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.8742 seconds (0.1#10.140)