PLTU Batubara Picu Emisi Karbon di Jateng Berpotensi Meningkat

Jum'at, 27 September 2019 - 18:25 WIB
PLTU Batubara Picu Emisi Karbon di Jateng Berpotensi Meningkat
Aksi aktivis peduli lingkungan bersama anak-anak dan orang tuanya di depan Kantor Gubernur Jateng, Semarang, Jumat (27/9/2019). FOTO/SINDOnews/Ahmad Antoni
A A A
SEMARANG - Krisis iklim memang sudah sangat genting. Laporan World Meteorology Organization (WMO) yang dirilis Selasa (24/9/2019) lalu menyebut suhu rata-rata sedunia telah naik 1,1?C sejak era pra-industri.

Kenaikan suhu bumi disebabkan oleh gas rumah kaca, khususnya karbon dioksida, yang dihasilkan dari pemakaian bahan bakar fosil. Dampak pemanasan global ini adalah kematian ekosistem dan beragam cuaca ekstrem.

Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), tahun 2030 emisi karbon harus sudah diturunkan sampai separuh dari sekarang, lalu tahun 2050 emisi karbon harusnya sudah nol. Jika tidak, hampir pasti kenaikan suhu Bumi tidak bisa ditahan di bawah 1,5?C. Kalau itu sampai terjadi, umat manusia akan masuk ke pusaran bencana yang tak terhentikan dan terancam punah.

Menurut Fahmi Bastian dari Walhi Jawa Tengah, emisi karbon mestinya diserap oleh pohon-pohon. “Sayangnya, cakupan hutan di Jawa Tengah saat ini tinggal 18% dan masih mungkin terus berkurang untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi dan alih fungsi lahan lainnya,” papar Fahmi, Jumat (27/8/2019).

Sementara, Kepala Divisi Sumber Daya Alam LBH Semarang Nico Wauran khawatir ke depannya akan terjadi penurunan kualitas lingkungan di Semarang dan Jawa Tengah.

“Pertama, industrialisasi relatif merata di seluruh kabupaten/kota Jawa Tengah,” ungkap Nico mengutip data peruntukan lokasi industri menurut Revisi Perda No 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah.

“Industrialisasi ini mengancam ekosistem, seperti misalnya pembangunan pabrik semen di pegunungan Kendeng dan rencana pengembangan kawasan industri di areal mangrove Kecamatan Tugurejo Semarang,” ungkapnya.

Menurutnya, emisi karbon Jawa Tengah berpotensi meningkat karena PLTU batubara. “Yang sudah beroperasi PLTU di Jepara, Rembang dan Cilacap. PLTU Batang sudah sekitar 70% selesai. Pembangunan PLTU Kendal dan Pemalang menyusul. Semuanya pakai batubara. Ini jelas berpotensi memperparah krisis iklim,” jelasnya.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9704 seconds (0.1#10.140)