Terjadi Awan Panas Letusan di Gunung Merapi, Ini Kata BPPTKG

Senin, 23 September 2019 - 00:36 WIB
Terjadi Awan Panas Letusan di Gunung Merapi, Ini Kata BPPTKG
Gunung Merapi mengeluarkan awan panas letusand engan ketinggian mencapai 800 meter. FOTO/Ilustrasi
A A A
YOGYAKARTA - Setelah sekian lama mengalami awan panas guguran, Gunung Merapi menunjukkan aktivitas berbeda dengan awan panas letusan. Awan panas letusan ini terpantau dari CCTV di Gunung Merbabu membentuk kolong awan panas dengan ketinggian mencapai 800 meter.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengatakan, pada hari Minggu (22 /9/2019) pada pukul 11.36 WIB terjadi awan panas di Gunung Merapi yang terekam di seismogram dengan amplitudo 70 mm dan durasi 125 detik.

Jarak awan panas diperkirakan sejauh 1200 m. Terpantau dari CCTV Merbabu, kolom asap letusan setinggi kurang lebih 800 meter dari puncak. "Awan panas kali ini berbeda dengan sebelumnya, ini awan panas letusan (APL)," terangnya dalam rilis yang diterima SINDOnews, Minggu (29/9/2019) malam.

Dijelaskannya, akibat ketinggian kolom asap letusan pihaknya menerbitkan kode warna orange untuk mengantisipasi gangguan abu vulkanik terhadap penerbangan maka VONA (Volcano Observatory Notice for Aviation). Hujan abu tipis juga dilaporkan terjadi di sekitar Gunung Merapi dalam radius 15 kilometer dominan di sektor barat daya.

Hanik melanjutkan, APL ini berbeda dengan awanpanas guguran (APG) yang biasa terjadi sejak tanggal 29 Januari 2019. Karena APL didahului dengan letusan gas sehingga disebut sebagai awan panas letusan (APL). Sedangkan APG disebabkan oleh runtuhnya material kubah lava baru secara gravitasional atau tanpa kecepatan awal yang signifikan.

"Pada APL, runtuhnya material kubah lava akibat dari tekanan gas dari dalam. Seiring dengan berlangsungnya suplai magma, gas vulkanik diproduksi secara kontinyu. Karena dinamika tekanan, gas dapat tersumbat dan terakumulasi di bawah kubah lava dan terlepas secara tiba-tiba, mendobrak kubah lava sehingga runtuh menjadi awan panas, "katanya.

Dilanjutkannya peningkatan tekanan gas ini sudah terdeteksi oleh stasiun pemantauan. Dari data pukul 00.00 sampai dengan pukul 12.00 WIB, terjadi 29 kali gempa MP dan 14 kali gempa hembusan.

"Jumlah gempa MP dan hembusan ini tergolong tinggi yang merepresentasikan peningkatan tekanan dan intensitas pelepasan gas vulkanik," ulasnya.

Hal ini lanjut Hanik, konsisten dengan data pemantauan suhu kubah lava sekitar 1 jam menjelang letusan yang menunjukkan adanya kenaikan suhu pada beberapa titik pada kubah lava sekitar 100° Celcius. "Data pemantauan, suhu menurun dan tenang kembali setelah kejadian APL sampai dengan saat ini," beber dia.

Menurutnya, APG maupun APL masih akan terjadi. Hal ini karena suplai magma masih berlangsung yang ditunjukkan oleh masih terjadinya gempa-gempa dari dalam seperti gempa VTA, VTB, dan MP dalam jumlah yang signifikan.

"Ancaman bahaya yang dapat ditimbulkan dari aktivitas erupsi saat ini masih sama dengan sebelum-sebelumnya yaitu luncuran awanpanas dan lontaran material erupsi di dalam radius 3 km dari puncak Merapi," imbuh dia.

Namun demikian dia meminta masyarakat tetap tenang. Karena dari hasil pemodelan menunjukkan jika kubah lava saat ini (461.000 m3) runtuh, luncuran awanpanas tidak melebihi radius 3 Km.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9778 seconds (0.1#10.140)