Fenomena Gerhana Bulan Langka yang Terakhir Terjadi Hari Ini

Senin, 21 Januari 2019 - 06:00 WIB
Fenomena Gerhana Bulan Langka yang Terakhir Terjadi Hari Ini
Gerhana bulan total super blood moon. FOTO/ Daily star
A A A
JAKARTA - Masyarakat Indonesia sungguh beruntung bisa menyaksikan fenomena alam langka berurutan. Setelah Super Blue Blood Moon akhir Januari 2018, hari ini tanggal 21 Januari 2019 giliran Super Wolf Blood Moon yang mampir di Indonesia.

Gerhana bulan super blood moon akan terjadi akhir bulan ini akan menjadi yang terakhir dari jenisnya selama 18 tahun. Tak hanya gerhana bulan, fenomena benturan bintang juga akan terjadi.

Hal itu berdasarkan riwayat sekitar 1.800 tahun lalu, dalam abad ke-3 Masehi, pada waktu itulah terjadi tabrakan antara dua matahari dalam konstelasi Cygnus. Tidak ada orang di bumi yang bisa melihat tabrakan itu, karena terjadi jauh dari bumi, dan jaraknya 1.800 tahun cahaya. Itu berarti cahaya yang ditimbulkan oleh tabrakan tadi baru akan mencapai bumi 1.800 tahun kemudian.

Di alam raya, seperti juga di galaksi kita, banyak terdapat sistem matahari ganda, di mana dua atau lebih matahari mengorbit satu sama lainnya.

Ada kalanya, bintang-bintang itu bertabrakan, suatu gejala yang sudah diamati sejak lama oleh para pakar astronomi. Kini, para pakar mengatakan, tabrakan yang terjadi hampir dua ribu tahun lalu itu, akan bisa dilihat dengan mata telanjang dalam waktu tidak lama lagi.

Kata para pakar, tabrakan dua bintang itu akan bisa dilihat dari bumi pada tahun 2022. Pakar astronomi Larry Molnar dari Calvin College di negara bagian Michigan mengatakan, cahaya terang yang disebabkan tabrakan matahari itu akan tampak sebagai benda paling cerah di langit pada malam hari.

“Kedua matahari itu mengorbit satu sama lainnya dalam jarak yang cukup dekat, dan telah melakukannya selama berjuta-juta tahun. Tapi makin lama kecepatan orbit mereka terus bertambah, dan jarak antara mereka semakin dekat.” tulis astronomytrek dalam laporannya.

Dengan kata lain, kedua matahari dalam konstelasi Cygnus itu akhirnya bertabrakan dan menghasilkan energi yang luar biasa.

Lebih dari 80 persen bintang atau matahari dalam galaksi kita termasuk dalam kategori bintang ganda, yang terdiri dari dua matahari atau lebih yang mengorbit satu sama lainnya.

Kalau ada dua matahari dalam sistem tata surya kita, mungkin kehidupan seperti yang kita kenal sekarang tidak akan bisa muncul karena suhu yang terlalu panas.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1370 seconds (0.1#10.140)