Ada-ada Saja, Mbah Pani Gelar Ritual Kubur Diri Selama Lima Hari

Jum'at, 20 September 2019 - 17:07 WIB
Ada-ada Saja, Mbah Pani Gelar Ritual Kubur Diri Selama Lima Hari
Mbah Pani (63) warga Pati, Jawa Tengah menjalani ritual topo pendem atau mengubur diri dalam tanah selama lima hari. Ritual ini merupakan yang ke-10 kalinya. Foto/iNewsTV/Taufik Budi
A A A
PATI - Ada-ada saja. Seorang pria warga Pati, Jawa Tengah menjalani ritual topo pendem atau mengubur diri dalam tanah selama lima hari. Ritual ini merupakan yang ke sepuluh kalinya dilakukan, setelah sembilan topo pendem berhasil dilakukan.

Pria tersebut bernama Supani (63) warga Desa Bendar, Kecamatan Juwana, Pati. Dia mulai menjalani ritual sejak Senin 16 September selepas Salat Magrib. Ritual ini terakhir kali dilakukan Supani pada 2001, yang tercatat sebagai topo pendem ke sembilan.

Sebelumnya, pria yang akrab dengan panggilan Mbah Pani itu melakukan ritual topo pendem setahun sekali, pada bulan Suro. Namun, setelah ritual topo pendem ke-9, Mbah Pani sempat menderita stroke. Hingga ritual ke sepuluh atau yang terakhir baru dilakukan 18 tahun berselang.

Ritual topo pendem awalnya dilaksanakan pada 1991, hingga yang ke sembilan pada 2001. Sembilan kali menjalani ritual, Mbah Pani dikubur selama tiga hari di dalam rumahnya. Pada ritual topo pendem ke supuluh ini merupakan yang terakhir akan dilakukan selama lima hari.

Prosesi topo pendem, mirip seperti penguburan jenazah. Mbah Pani juga dikafani, lengkap dengan pemulasaraan jenazah, termasuk beragam jenis bunga. Bedanya tidak ada azan dan iqomah, agar tak sepenuhnya seperti pemakaman jenazah.

Untuk kedalaman liang kubur sekira 3 meter, dengan panjangnya 2 meter, dan lebar 1,5 meter. Di dalam liang lahat juga terdapat peti untuk tempat bertapa. Ada pula gelu atau bantal dari tanah yang dibentuk bulat. Terdapat pula lubang untuk pernapasan.

Kapolres Pati AKBP Jon Wesly Arianto, mengatakan, sebelum pelaksanaan ritual pihaknya bersama Muspika telah menggelar pertemuan dengan Supani beserta keluarga. Dijelaskan, ritual yang akan dijalani sangat berbahaya terhadap keselamatan.

“Sebelum pelaksanaan kita sudah melakukan pertemuan dengan pihak keluarga dan yang bersangkutan, memberi masukan bahwa ini ritual ini membahayakan terhadap keselamatan yang bersangkutan,” kata Kapolres, Kamis (19/9/2019).

“Tapi keluarga dan yang bersangkutan mengatakan bahwa ritual ini sudah dilakukan sembilan kali dan tidak apa-apa. Segala risiko, akibat apa yang di dijalani dari ritual itu merupakan tanggung jawab dari yang bersangkutan dan keluarga,” tambahnya.

Polisi secara periodik juga melakukan pemantauan ke rumah Supani untuk mengetahui perkembangan terbaru. “Ya tetap kita laksanakan patroli, itu kan tugas rutin kita. Untuk sementara belum ada laporan tentang kondisi di sana. Jadi kondisi sampai saat ini masih aman,” jelasnya.

“Pada intinya kita sebagai aparat keamanan dan pemerintah daerah sudah mengingatkan kepada keluarga dan yang bersangkutan. Dan keluarga semua membuat pernyataan jika terjadi apa-apa itu tanggung jawab sendiri,” pungkasnya.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.4192 seconds (0.1#10.140)