UNS Ciptakan Alat Bantu Pernapasan Untuk Kabut Asap Kebakaran Hutan

Rabu, 18 September 2019 - 17:13 WIB
UNS Ciptakan Alat Bantu Pernapasan Untuk Kabut Asap Kebakaran Hutan
Alat bantu pernafasan, Surgeons of UNS (SUNS) Portable Air Filter yang diciptakan FK UNS Solo yang akan dikembangkan untuk korban kabut asap di Riau dan Palangkaraya. FOTO/IST
A A A
SOLO - Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo menciptakan alat bantu pernapasan yang diberi nama Surgeons of UNS (SUNS) Portable Air Filter. Alat bantu pernapasan akan dikirim kepada warga di Riau dan Palangkaraya yang terkena paparan asap akibat kebakaran hutan.

Dekan Fakultas Kedokteran UNS, Dr Reviono mengatakan, pihaknya akan mengirimkan tim ke dua lokasi, yaitu di Riau dan Palangkaraya. Tim akan dipimpin oleh salah satu Dosen FK UNS dan juga dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Moewardi Solo, dr Darmawan Ismail Sp. BTKV.

“Selama ini, warga di Riau maupun di Palangkaraya yang terkena paparan asap kebakaran hutan menggunakan masker. Ternyata keberadaan masker belum maksimal membantu warga ketika terpapar asap akibat kebakaran hutan,” kata Reviono, Rabu (18/9/2019).

Tim akan berangkat ke Riau pada Kamis (19/9/2019) dengan jumlah 15 orang. Setelah itu, tim bergeser ke Palangkaraya. Pada sisi lain, pihaknya telah menciptakan alat bantu pernafasan yang fungsinya lebih bagus dibanding dengan masker yang biasa digunakan oleh warga yang terpapar asap kebakaran hutan.

dr Darmawan Ismail Sp BTKV mengatakan, alat bantu pernapasan SUNS Portable Air Filter mulai diciptakan tahun 2015 dan sudah dilakukan ujicoba. “Sudah kami ujicoba dan hasilnya lebih bagus dibandingkan dengan menggunakan masker biasa. Artinya udara yang dihirup ketika menggunakan alat tersebut lebih bersih,” ujar Darmawan.

Ketika berada di Riau, tim dari UNS akan bekerjasama dengan FK Universitas Riau. Tim dari UNS hanya membawa beberapa alat SUNS Portable Air Filter.

“Tim akan memberikan pelatihan di sana (Riau dan Palangkaraya), sehingga warga bisa membuat alat ini. Cara membuat cukup mudah serta bahan yang digunakan mudah didapat. Dan tentunya biaya pembuatan sangat murah yaitu per unitnya sekitar Rp25.000,” imbuhnya.

Untuk bahan yang digunakan yaitu meliputi kain kristik, kain tipis, perekat lepas pasang, tali bis, tali elastis, filter akuarium, mika tebal, selang aquarium, bola plastik mainan, spons dan Sarung tangan/hand scoon.

Sedangkan untuk alat yang digunakan yaitu plaster, spidol, gunting, cutter, penggaris, lem tembak/lilin dan hecter. Lalu untuk mekanisme kerjanya yaitu udara masuk ke kotak humidifier melewati filter depan yang dilembabkan dengan air dan detergen sehingga berfungsi sebagai penyaring, aroma theraphy, dan detergen bekerja sebagai pengikat karbon atau penyaring.

Kemudian udara bersih dihirup melalui selang dan melewati katup bagian bawah dari masker. Lalu udara kotor dibuang melalui katup bagian atas dari masker dan keluar dari sistem SUNS (tidak bercampur).

“Kita desain seperti tas, ada yang bentuknya ransel di belakang, tas samping kemudian ada selang yang menghubungkan sampai hidung,” urainya. Bahkan ada yang didesain memiliki selang dua untuk ibu dan anak jika masih digendong.

Sehingga dapat dibawa kemana-mana karena praktis, “Bagi petugas pemadam kebakaran juga bisa karena ada yang bentuknya ransel belakang,” kata Darmawan.

Dengan alat bantu pernafasan temuan dari FK UNS Solo, dirinya berharap bisa dimanfaatkan oleh warga di Riau dan Palangkaraya yang terkena paparan asap karena kebakaran hutan.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.2640 seconds (0.1#10.140)