Didampingi Tim UNS,Ternak Kambing Perah Ini Berkembang Pesat

Minggu, 15 September 2019 - 18:17 WIB
Didampingi Tim UNS,Ternak Kambing Perah Ini Berkembang Pesat
Kegiatan usaha Kelompok Ternak Kambing Perah Taruna Mukti di Dukuh Bende, Kebayanan 3, Desa Purworejo, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen. FOTO/SINDOnews/Ary Wahyu Wibowo
A A A
SRAGEN - Usaha Kelompok Ternak Kambing Perah Taruna Mukti di Dukuh Bende, Kebayanan 3, Desa Purworejo, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen berkembang pesat. Setelah merintis usaha tahun 2015 lalu, kini mereka mampu menghasilkan sejumlah produk dari susu kambing.

Faqih Hanafi, salah satu pengurus Ternak Kambing Perah Taruna Mukti mengatakan, usaha yang dirintis para anak muda di wilayah setempat tersebut awalnya hanya ternak kambing biasa. Namun pada tahun 2015, jenis usaha ternak beralih ke kambing perah. “Anggotanya ada 12 orang. Kami beralih ke kambing perah karena ingin mencoba hal yang baru,” ungkap Faqih Hanafi, Minggu (15/9/2019).

Pertama kali, susu kambing perah yang dihasilkan sulit untuk menjualnya. Susu susu yang dihasilkan para peternak, disimpan di frezeer yang ada di rumahnya. Bahkan, sampai ada tiga freezer untuk menampung hasil susu kambing. Setelah mengenal produsen susu kambing di Yogyakarta, dari situ hasil produksi mulai diambil oleh mereka.

Cara yang dipakai sebelumnya masih sederhana. Hasil perahan, ditaruh freezer dan dijual murni. Para peternak semula menggunakan kambing jenis etawa. Namun produksinya hanya 1 liter/hari/ekor. Selain itu, masa pemerahannya pendek karena 3-4 bulan sudah drop. Persoalan muncul ketika banyak permintaan dan dikejar target, namun hasil susu perah kambing mengalami drop.

Kemudian dikembangkan kambing jenis Sapera yang merupakan hasil persilangan kambing jenis Sanen dan peranakan Etawa. Hasilnya, 1 ekor kini dapat menghasilkan 2 liter/hari. Usaha yang dijalankan semakin baik setelah mendapat sentuhan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo mulai tahun 2017 lalu. Para peternak diajari recording.

Sehingga peternak bisa memperkirakan waktu ternak melahirkan. “Ada bulan bulan susu permintaan kurang, seperti puasa dan Lebaran. Pada saat itu bisa dimanfaatkan untuk kelahiran,” terangnya. Sehingga peternak bisa setting kapan perkawinan dan saat puasa lahir.

Didampingi Tim UNS,Ternak Kambing Perah Ini Berkembang Pesat


Sebelumnya, para peternak menghasilkan 15 liter sehari sangat susah. Namun setelah diajari mengenai pakan yang bagus, dan kandungan, hasilnya kini satu kambing bisa menghasilkan 2 liter. Sebagai daerah tadah hujan, peternak memanfaatkan pakan kering yang memiliki kandungan protein dan energi.

Diantaranya jagung yang mudah dicari. Sementara sebelumnya, biasa menggunakan pakan fermentasi. Pembinaan dari UNS juga menyentuh aspek pemindahan kandang. Mulai kandang perkawinan, kandang bunting dan melahirkan, kandang laktasi. Seetelah anak kambing bisa disapih, maka dipisahkan untuk dibesarkan. Para peternak kini memiliki 120 ekor kambing.

Dari jumlah itu, sebanyak 21 ekor diantaranya bisa laktasi. Hasil susu perah kambing setiap hari sudah ada yang membeli. Mereka berasal dari Wonogiri, Solo, Sragen, dan Yogyakarta. Untuk konsumen akhir, harga susu kambing bisa mencapai Rp30 ribu. Susu perah kambing diyakini dapat untuk pengobatan paru paru, maag dan lambung.

Sementara itu, tim dari Fakultas Pertanian UNS adalah Bayu Setya Hertanto, Adi Magna Patriadi Nuhriawangsa, Rendi Fathoni Hadi, Ari Kusuma Wati, Charisma Dyah Ayu Nurmalasari, dan Lilik Retna Kartikasari. Pendampingan yang diberikan adalah upaya peningkatan keamanan pangan pada susu kambing melalui penerapan good hygienic practices pada pemeliharaan kambing perah. “Kegiatan bertujuan untuk menerapkan konsep good hygienic practices (GHP) di kelompok mitra,” kata Bayu Setya Hertanto.

Penerapan konsep GHP pada alur proses produksi susu kambing mengikuti CAC/RCP 57-2004 mengenai pemeliharaan kambing perah meliputi pematauan kesehatan ternak, kebersihan area pemeliharaan dan pemerahan kambing perah, pencegahan kontaminasi pada pakan dan air, kebersihan peralatan perkandangan dan pemerahan, serta higienis personal, dan aspek penanganan pasca panen meliputi penggunaan peralatan yang higienis, dan higienisasi individu.

Produksi susu kambing merupakan alteranatif usaha peternakan yang dapat dikembangkan untuk mendukung pemenuhan gizi dan sekaligus menjaga kesehatan masyarakat. Susu mengandung enzim-enzim yang dapat menguraikan beberapa komponen gizi (protein, lemak) yang akhirnya menyebabkan kerusakan pada susu. Sehingga susu dikategorikan sebagai pangan yang mudah rusak (perishable food). Selain itu, beberapa penyakit dapat ditularkan melalui susu (milk-borne disease).

Dilihat dari mata rantai penyediaan susu kambing segar di wilayah Sragen, umumnya dihasilkan oleh peternak kambing perah dengan skala kecil yang tergabung dalam kelompok ternak kambing perah yang belum memprioritaskan aspek keamanan pangan. Sehingga tahapan terpenting untuk menjaga mutu dan keamanan susu kambing adalah pengawasan pemeliharaan kambing perah dan penangan pasca panennya yang berbasis keamanan pangan.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.0409 seconds (0.1#10.140)