Perhelatan Festival Payung Indonesia Kini Mendunia

Sabtu, 07 September 2019 - 08:00 WIB
Perhelatan Festival Payung Indonesia Kini Mendunia
Ketum dan Pendiri Leprid Paulus Pangka menyerahkan penghargaan kepda pihak-pihak yang terlibat dalam festival payung di Prambanan, Jumat (6/9/2019).
A A A
KLATEN - Prestasi membanggakan terukir di dunia festival Indonesia. Ya, perhelatan Festival Payung Indonesia (Fespin) 2019 kini telah mendunia. Fespin 2019 yang digelar di Garuda Mandala Candi Prambanan, Jawa Tengah (6-8/9/2019) ini melibatkan peserta dari sejumlah negara, diantaranya Thailand, India, Jepang dan Spanyol.

Festival bertajuk Sepayung Daun ini pun mendapatkan apresiasi penghargaan dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Leprid). Penghargaan atas rekor Umbrella Sister Festival Pertama di Dunia ini diberikan kepada Mataya Arts and Heritage sebagai inisiator, Chiang Mai Province Cultural Office sebagai pemrakarsa dan Tonpao Municipality Chiang Mai Thailand sebagai penyelenggara.

“Festival payung kali ini berbeda dengan festival payung sebelumnya. Festival kali ini bertemakan Umbrella Sister Festival yaitu festival payung antara Indonesia dengan Bo Sang Umbrella FestivalThailand. Dan ini merupakan pertama di dunia,” terang Ketua Umum dan Pendiri Leprid, Paulus Pangka, Jumat (6/9/2019) sore.

Dia menyebutkan, pada 11 September 2014 lalu Leprid pernah menganugerahkan penghargaan kepada Heru Mataya Arts anda Heritage Solo atas prestasi penyelenggara Festival Payung Indonesia sejak tahun 2019.

“Kesamaan budaya yang dimiliki Indonesia dengan Thailand khususnya budaya payung tradisional ini secara tidak langsung mempererat hubungan kedua negara. Dan ini layak untuk mendapat apresiasi,” ujarnya.

Sementara, Direktur Program Fespin 2019 Heru Mataya menyampaikan bahwa Fespin tahun ini masuk dalam "100 Wonderful Calender of Evens" (CoE) Kementrian Pariwisata.

“Ada 26 grup atau komunitas seni pertunjukkan akan ambil bagian. Selain itu ada 12 desainer dan 15 kelompok perajin dan pegiat craft yang turut andil dalam festival kali ini,” sebut Heru Mataya.

Dia mengatakan, selain memamerkan ribuan payung tradisi (tradisional) perhelatan ini menjadi tempat edukasi tradisi payung dan bagaimana cara membuat payung. "Mereka bertukar pikiran, berkreasi bersama dan gotong royong untuk melestarikan warisan budaya lokal ini. Juga menjadikan sehingga menumbuhkan kreativitas heritage yang menarik," ujarnya.

Heru menyebutkan, dalam festival ini juga dihadirkan pelatihan Tea Ceremony Jepang, Tanabata Festival, dan Workshop Furoshikl. Pengunjung diperkenalkan juga dengan hubungan dua kota (Sister City) Yogya-Kyoto, yang telah berusia 35 tahun.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.0077 seconds (0.1#10.140)