Dalam Sehari, Dua Warga Gunungkidul Tewas Gantung Diri

Kamis, 05 September 2019 - 21:30 WIB
Dalam Sehari, Dua Warga Gunungkidul Tewas Gantung Diri
Dalam sehari dua warga Gunungkidul gantung diri. FOTO Ilustrasi/DOK SINDOnews
A A A
GUNUNGKIDUL - Kasus bunuh diri di Gunungkidul seakan tidak ada habisnya. Bahkan dalam sehari ini dua warga kabupaten terluas di DIY ini mengakhiri hidup dengan cara gantung diri.

Dua warga yang mengakhiri hidupnya hari ini adalah Sri Munartik, 50 warga Dusun Pengkol 2, Desa Jatiayu, Kecamatan Karangmojo. Ibu tiga anak ini nekat gantung diri di belakang rumah di dekat sumur.

Sebelum memilih cara cara nekat, Tatik sapaan akrab perempuan yang memiliki usaha laundry ini sempat membuat surat untuk suami dan anak-anaknya. Di antaranya adalah permohonan maaf karena tidak kuat hidup dan meminta suaminya bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai SMA.

Tidak hanya itu dalam surat yang ditulis menggunakan bahasa Jawa tersebut, Tatik juga meminta suaminya mencari penggantinya yang lebih baik dari dirinya. "Pelaku gantung diri dengan tali dan membawa kursi kemudian tali diikatkan di pohon belakang rumah," kata Kanit Reskrim Polsek Karangmojo Iptu Pudjijono kepada wartawan, Kamis (5/9/2019).

Dijelaskannya, penemuan warga gantung diri ini berawal dari petani yang hendak menyalakan mesin disel untuk pertanian kebetulan di belakang rumah pelaku ada sumur ladang yang digunakan bersama - sama. "Nah saat mendekat, saksi melihat ada orang gantung diri," katanya.

Diakuinya saat diperiksa ditemukan kertas dengan tulisan bahasa Jawa. Diduga tulisan itu ditulis pelaku sebelum gantung diri.

Tidak hanya itu, siang harinya, warga Dusun Semuluh Kidul, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu juga digegerkan aksi nekat gantung diri. Mugino, 62 warga setempat ditemukan istrinya sudah tidak bernyawa di tiang gantungan di gudang padi dalam rumahnya.

Kontan saja warga dusun langsung geger melihat aksi nekat yang tidak wajar tersebut. Diduga kuat pelaku nekat gantung diri karena penyakit yang tidak kunjung sembuh.

Pegiat sosial dari Imaji, Sigit Purnomo mengungkapkan, diperlukan upaya untuk merangkul masyarakat yang rentan depresi. Ini lantaran pelaku bunuh diri diawali dsri depresi atau tekanan kejiwaan. "Jangan tinggalkan mereka sendirian. Bahasa Jawa-nya dikaruhke, jangan dibiarkan," ulasnya.

Saat ini pihaknya terus melakukan upayapenyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya memahami lingkungan. Dengan demikian ada deteksi bagi warga yang terlihat memiliki tekanan kejiwaan.

"Konsepsi guyub rukun dan saling menghormati kemudian merasakan dan tidak meminggirkan orang menjadi salah satu cara apalagi justru mengucilkan ini tidak boleh dilakukan," ungkapnya.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1574 seconds (0.1#10.140)