NASA Siapkan Helikopter Mini untuk Menjelajah Mars

Selasa, 00 0000 - 00:00 WIB
NASA Siapkan Helikopter Mini untuk Menjelajah Mars
Helikopter Mini Milik NASA Siap Melakukan Penjelajahan ke Mars
A A A
LOS ANGELES - NASA, Badan Antariksa Amerika Serikat (AS) bersiap mengirimkan helikopter mini untuk melakukan penjelajahan ke Mars pada Juli 2020 dan diprediksi tiba pada Februari 2021. Langkah tersebut sebagai upaya pendahuluan sebelum mengirim manusia ke Mars pada 2033.

Helikopter mini itu menjadi pesawat terbang pertama yang dikirim ke dunia. Jika itu berjalan lancar, itu akan menjadi suatu hal yang menakjubkan. Jika gagal, itu akan menunda banyak proyek Mars lainnya. Nama helikopter tersebut yakni Scout dengan panjang sekitar satu meter. Beratnya hanya 1,8 kg. Nantinya, helikopter itu akan ditempatkan di tempat yang aman di dalam rover (robot penjelajah) saat mendarat di Mars.

Helikopter dengan rotor ganda itu memiliki jangkauan terbang yang terbatas. Scout menggunakan tenaga surya sehingga bisa terbang di Mars. Helikopter itu juga membawa kamera yang bertujuan untuk mengambil gambar di Mars selain mengawal eksplorasi robot penjelajah.

Sebenarnya, helikopter kecil itu akan menjadi kelengkapan utama pada misi Mars di masa depan. Itu disebabkan helikopter mampu menjangkau kawasan yang tidak bisa dijelajahi oleh robot. Karena itu, Scout akan ditugaskan untuk menjelajahi Kawah Jezero yang dikenal berbukit dan memiliki banyak gua.

Bukan hanya Mars semata, NASA sebelumnya menyepakati misi untuk menempatkan helikopter di Titan, bulannya Saturnus. Seperti Bumi dan Mars, Titan juga memiliki atmosfir, di mana salah satunya cukup tebal sehingga bisa mendukung pesawat terbang. Sebenarnya, helikopter Mars itu memiliki tugas yang cukup berbahaya.

Namun, dengan teknologi canggih itu akan mampu menunjukkan kemampuannya. Karena itu, ukuran helikopternya sengaja dibuat kecil sehingga memang tidak didesain untuk terbang jauh. Nantinya, itu menjadi langkah awal untuk mengembangkan helikopter generasi kedua untuk menambahkan dimensi udara untuk eksplorasinya.

“Pekerjaan kita untuk membuktikan bahwa penerbangan otonom dapat diterbangkan dalam atmosfer Mars yang sangat tipis,” kata Manajer Proyek Helikopter Mars Mimi Aung, dilansir dari NASA. “Sejak kita merancang helikopter hanya untuk uji coba penerbangan maka kami tidak menempatkan instrumen sains di dalamnya," imbuhnya.

Aung mengungkapkan, peneliti NASA ingin membuktikan helikopter tersebut bisa terbang di Mars. “Kita melihat ke depan di mana helikopter Mars bisa memainkan peranan penting dalam eksplorasi masa depan di Planet Merah tersebut,” terangnya. Bersama dengan investigasi terhadap dataran Mars yang sulit dijangkau seperti bukti, gua, dan kawah yang dalam, NASA membawa instrumen sains kecil yang bertindak sebagai mata-mata untuk manusia dan robot eksplorasi.

NASA juga ingin bermaksud untuk membangun kehadiran manusia yang berkelanjutan di sekitar Bulan melalui rencana penjelajahan bulan Artemis, NASA. Nantinya, bulan sebagai fondasi awal sebelum mengirimkan manusia ke Mars. “Wright Bersaudara pertama kali menerbangkan pesawat di Kitty Hawk, Carolina Utara, tetapi mereka memproduksinya di Dayton,” Administrator NASA Jim Bridenstine.

“Helikopter Mars ditujukan sebagai pesawat pertama yang terbang di dunia lain, tetapi diproduksi perdana di Pasadena, California. Bergabung dengan penjelajah pada 2020, ini menjadi generasi Artemis NASA untuk memudahkan dan mendukung kehadiran manusia di sistem tata surya kita,” terangnya.

Sementara itu, Thomas Zurbuchen, Administrator Direktorat Sains di NASA, Washington, mengungkapkan semua elemen dalam misi bersejarah pada 2020. “Bersama, Mars 2020 dan Helikopter Mars akan membantu eksplorasi Planet Merah untuk beberapa dekade mendatang,” tuturnya.

Robot penjelajah Mars 2020 ditambah dengan Helikopter Mars akan diluncurkan dengan roket United Launch Alliance Atlas V pada Juli 2020 dari Kompleks Peluncuran Antariksa 41 di Stasiun Angkatan Udara Cape Canaveral di Florida. Ketika itu mendarat di Kawah Jezero pada 18 Februari 2021, robot penjelajah akan memiliki pesawat yang mampu melakukan penjelajahan di Mars.

Sebenarnya misi Mars 2020 hampir sama dengan misi Curiosity yang sukses beroperasi di Kawash Gale pada 2012. Sedangkan misi baru memiliki target berbeda yakni Kawah Jezero dengan luas sekitar 50 km. Semua wahana pada misi Mars 2020 sudah menjalani uji coba, termasuk helikopter Mars.

“Sebelum menjalani penerbangan di Mars, kita sudah menguji coba terbang selama 75 menit dengan satu model,” kata Aung di Jet Propulsion Laboratory di Pasadena, California. “Uji coba penerbangan terbaru untuk model penerbangan sangat nyata. Ini merupakan helikopter kita yang akan terbang di Mars. Kita butuh helikopter itu mampu bekerja dengan baik,” terangnya.

Menerbangkan helikopter di Bumi merupakan hal biasa, tetapi menerbangkan helikopter di atmosfir Martian merupakan suatu hal yang berbeda. Perlu menciptakan kondisi di mana uji coba penerbangan helikopter di Bumi itu hampir sama dengan tantangan yang dihadapi di Mars.

“Atmosfir Martian hanya satu persen kepadatan di Bumi,” kata Aung. “Uji penerbangan kita hampir sama dengan kepadatan atmosfir di Bumi di mana memiliki ketinggian 30.480 meter. Jadi, kamu tidak bisa menemukan hal tersebut. Dengan begitu, kamu harus menciptakannya,” tuturnya.

Akhirnya, Aung dan timnya membuat simulator dengan tabung vakum dengan lebar 7.62 meter. Tim harus mengisi vakum tersebut dengan nitrogen, oksigen, dan gas lain dari udara ke dalam silinder. Setelah itu, tim memasukkan karbodioksida sebagai kandungan utama di atmosfir Mars.

“Memosikan helikopter dalam atmosfir yang tipis menjadi tantangan yang cukup sulit,” kata Teddy Tzanetos, pelaksana tes untuk helikopter Mars. “Untuk menstimulasi penerbangan Mars, kita harus membuang dua pertiga gravitasi Bumi, karena gravitasi Mars sangatlah lemah,” terangnya.

Setelah itu, Aung pun mengungkapkan kalau helikopter itu mampu terbang di Mars. “Saya tidak bisa membantu, tetapi berpikir helikopter itu akan mampu terbang di Mars. Kita akan berhasil menciptakan sejarah antariksa,” katanya. Sebelumnya NASA sedang mengkaji efek jangka panjang penerbangan antariksa kepada tubuh manusia.

NASA memikirkan matang-matang pengiriman astronot ke Mars pada 2030-an. Pasalnya, belum ada kejelasan bagaimana manusia bisa bertahan dalam perjalanan panjang lebih satu tahun atau lebih. Karena itu, perlunya makanan dan air yang cukup selama perjalanan.

Kemudian, teknologi untuk perlindungan terhadap radiasi antariksa selama penerbangan juga menjadi perhatian. Kini NASA juga membantu memberikan dukungan teknis bagi program SpaceX. ”SpaceX bisa memberikan data yang bernilai, pendaratan dan penurunan ke NASA untuk petualangan kita ke Mars. Kita juga mendukung industri Amerika,” demikian keterangan NASA, dilansir Reuters.

SpaceX berniat mengembangkan roket Mars dengan Falcon 9. Roket itu mampu kembali mendarat di landasan di darat setelah mengirimkan satelit di orbit pada akhir tahun lalu. SpaceX sudah membuktikan mampu membuat teknol o g i murah karena roket bisa digunakankembali. SpaceX pun akan meningkatkan kemampuan kapsul yang mampu mengangkut astronot.

Sebelumnya, pendiri SpaceX Elon Musk berniat mengirimkan pesawat antariksa Dragon 2 ke Mars pada awal 2018 mendatang. Miliarder itu menargetkan manusia bisa terbang ke Planet Merah itu pada 2026. Misi ”Red Dragon” ke Mars bertujuan untuk menguji teknologi untuk melakukan terobosan yang besar agar mewujudkan mimpi manusia pergi ke Mars.

Program yang dikembangkan SpaceX itu memang untuk mengembangkan teknologi transportasi manusia ke Mars. Itu menjadi tujuan jangka panjang SpaceX atau dikenal sebagai Space Exploration Technologies. ”Rencana mengirimkan Dragon ke Maras secepatnya pada 2018,” kata.

”Red Dragon akan menginformasikan detail bentuk Mars kepada kita semua,” imbuhnya. Musk mengatakan, pesawat antariksa Dragon 2 didesain mampu mendarat di mana pun di sistem tata surya. Namun karena ukuran yang sebesar mobil, Dragon 2 tidak bisa mengangkut astronot karena tidak menyenangkan.

Selama ini pesawat antariksa Dragon kerap digunakan untuk mengirimkan makanan dan kargo ke dan dari Stasiun Antariksa Internasional (ISS). Pesawat Dragon berkonsep kargo itu dikontrak NASA senilai USD2 miliar (Rp26,31 triliun).

Sebelumnya Musk kerap berbicara tentang visinya untuk menciptakan koloni 1 jutamanusia di Mars. Upaya itu dilaksanakan untuk menciptakan Mars sebagai planet yang kemanusiaan. Ambisi Musk itu bertujuan untuk menghindari kehancuran bumi karena usianya yang semakin tua.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 5.1022 seconds (0.1#10.140)