UNS Ingatkan Pentingnya Literasi Bencana

Senin, 02 September 2019 - 22:43 WIB
UNS Ingatkan Pentingnya Literasi Bencana
Kegiatan 3rd International Geography Seminar (3rd IGEOS–UNS) bertema Increasing Disaster Literacy Towards Resilient Communities. Seminar yang digelar UNS terkait literasi bencana. FOTO/IST
A A A
SOLO - Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo mengingatkan masyarakat terhadap pentingnya literasi mengenai bencana alam. Secara geografis, Indonesia berada di wilayah yang rawan bencana.

Wakil Rektor Bidang Akademik UNS Solo, Profesor Ahmad Yunus mengatakan, pihaknya sangat konsen terhadap perkembangan pendidikan bencana alam dalam masyarakat Indonesia. “Indonesia berada di wilayah yang rawan bencana alam, baik gempa bumi, gunung meletus, dan tsunami,” kata Ahmad Yunus, Senin (2/9/2019).

Pada akhir pekan lalu, UNS menggelar acara 3rd International Geography Seminar (3rd IGEOS–UNS). Acara bertema Increasing Disaster Literacy Towards Resilient Communities. Seminar terkait literasi bencana, menghadirkan Profesor Hasanuddin Zainal Abidin (Kepala Badan Informasi Geospasial, dan Profesore Greg Bankoff (University of Hull, Inggris.

Profesor Hasanuddin Zainal Abidin menyampaikan materi tentang Geospatial Big Data for Disaster Management. Dalam kesempatan itu, ditegaskan bahwa pemetaan tematik secara digital dapat mengurangi resiko jumlah korban akibat bencana alam. “Pembangunan tata ruang seharusnya sudah berdasar pada peta tematik bencana alam,” tandas Hasanuddin.

Selain bisa mengurangi dampak bencana, hal itu juga dapat mempercepat pemulihan pasca bencana. Sebab bencana seperti gempa bumi, gunung meletus, dan tsunami tidak bisa hindari. Informasi mengenai peta tematik bencana alam di Indonesia bisa diunduh secara gratis dengan mengakses laman tanahair.indonesia.go.id.

Sementara itu, Profesor Greg Bankoff mengaitkan antara wacana sejarah sosial dengan kerentanan, kepulihan dan adaptasi terhadap bencana. “Konsep kepulihan muncul setelah perang dunia II dan perang dingin, dimana saat itu masyarakat mencoba pulih dari keterpurukan sebagai respon menghadapi bencana,” terang Greg Bankoff.

Agar tangguh menghadapi bencana, masyarakat juga harus tanggap dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Seperti globalisasi dan perubahan musim. “Ada di tangan masyarakatnya, terlebih akademisi, apakah sebuah bangsa itu akan rentan atau tangguh dalam menghadapi sebuah bencana,” imbuhnya
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9471 seconds (0.1#10.140)