Angka Kematiann Ibu hingga Stunting Prioritas Masalah Kesehatan di Jateng

Jum'at, 30 Agustus 2019 - 11:00 WIB
Angka Kematiann Ibu hingga Stunting Prioritas Masalah Kesehatan di Jateng
Angka Kelahiran Ibu hingga Stunting Prioritas Masalah Kesehatan di Jateng. Ilustrasi
A A A
SEMARANG - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jateng, Yulianto Prabowo menyatakan bahwa keberhasilan kinerja pembangunan kesehatan Provinsi Jawa Tengah diukur dengan capaian indikator Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah (RPJMD).

Dia menyampaikan, capaian kinerja pada semester I 2019 ini hampir semua indikator telah mencapai target. Namun diakuinya, saat ini Jateng masih memiliki masalah prioritas kesehatan yaitu Angka Kematian Ibu (AKI), AKN, stunting, penyakit menular - tidak menular, serta mutu dan cakupan imunisasi.

“AKI itu merupakan angka kematian ibu pada masa kehamilan, bersalin dan nifas. Di Jateng, hitungan rasio bersadarkan jumlah kelahiran, sekitar 80 per 100 ribu kelahiran hidup. Ini sebenarnya jauh lebih rendah, dibanding AKI di Indonesia yang mencapai 300 per 100 ribu kelahiran hidup " ungkap Yulianto dalam siaran pers, Jumat (30/8/2019).

"Penyebab AKI ini kebanyakan karena adanya perdarahan pada waktu persalinan, hingga keracunan dalam kehamilan,” ungkapnya.

Pihaknya berharap, dalam evaluasi ini bisa diketahui sejauh mana capaian yang sudah diraih dan mana yang belum. Hasil yang sudah tercapai, bisa terus ditingkatkan sementara hasil yang belum tercapai, dapat terus dikejar dengan maksimal.

Yulianto membeberkan, AKI di beberapa kabupaten kota di Jateng masih cukup tinggi. Pihaknya berharap para semester II 2019, bisa menekan dan mengendalikan angka tersebut.

“Termasuk angka kematian yang disebabkan kesakitan, antara lain penyakit demam berdarah, serta kasus lain yang masih tinggi harus ditekan. Termasuk HIV /AIDS, serta TBC. Kita ingin kasus yang ada, dapat kita temukan semua sehingga bisa diobati,” terangnya.

Terlebih untuk kasus TBC pada 2028, Jateng mentargetkan eliminasi penyakit tersebut dan tidak ada kasus baru. “Tahapannya, temukan seluruh kasus, obati dan dijaga jangan sampai muncul lagi. Saata ini masih dalam tahap temukan semuanya, untuk itu kita dorng agar penderita TBC ini bisa terdata dan bisa segera diobati,” ujarnya.

Sejauh ini, dalam pendataan atau menemukan penderita TBC, pihaknya agak kesulitan. Salah satunya karena minimnya pengetahuan masyarakat tentang TBC. Selama ini, masyarakat seringkali menganggapnya sebagai batuk biasa.

“Mereka tidak tahu, anggapannya hanya batuk biasa. Tidak tahunya TBC, untuk itu perlu kita tingkatkan juga edukasi masyarakat tentang jenis penyakit termasuk TBC,” ujarnya.

Sementara itu, dalam evaluasi tersebut hadir seluruh dinas kesehatan kabupaten kota se-Jateng, direktur rumah sakit, kepala puskemas, organisasi keagamaan, hingga LSM. Termasuk Direktur Pelayanan Rumah Sakit Kemenkes RI Dr dr Ina Rosalina.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9858 seconds (0.1#10.140)