Gunakan Metode SRI, Hasil Panen Ini Melebihi Cara Konvesional
A
A
A
PEKALONGAN - Metode pertanian dengan sistem tanam SRI (System of Rice Intensification) dirasakan manfaatnya oleh para petani Daerah Irigasi (DI) Pesantren Kletak, Desa Wonoyoso, Kecamatan Buaran, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
Dengan sistem tanam SRI yang telah disosialisasikan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), para petani setempat menuai hasil panen berlebih dibanding metode konvensional. Hasilnya, hasil panen dengan metode SRI di lahan pertanian 5,00 hektar mengalami peningkatan dari 6,9 ton/hektare (konvensional) menjadi 9 ton hektare. Dan, harga jual juga meningkat, dari hasil konvensional terjual Rp 35.880.000/hektare menjadi 46.000.000/hektare.
Kepala BBWS Pemali Juana, Ruhban Ruzziyatno mengatakan bahwa, dalam rangka ketahanan pangan di Jawa Tengah, pihaknya giat menyosialisasikan sistem tanam SRI yang bisa hemat air dan ramah lingkungan. Disebutkan, ada tiga lokasi Demfarm yang menjadi percontohan penggunaan metode SRI, diantaranya DI Sungapan Desa Cibelok, Kecamatan Taman, kabupaten Pemalang, DI Kaliwadas Desa Babakan Kecamatan Bodes, Pemalang, dan DI Pesantren Kletak Desa Wonoyoso, Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan.
“Teknik budidaya tanaman padi dengan metode SRI merupakan teknologi budidaya padi yang menitikberatkan penghematan sumberdaya air. Dengan tersedianya air irigasi peluasan areal serta peningkatan intensitas pertanaman diharapkan dapat meningkatkan produksi padi sekaligus meningkatkan pendapatan petani,” terang Ruhban seusai mengikuti panen raya di DI Pesantren Kletak, Desa Wonoyoso, Kecamatan Buaran, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (27/8/2019).
Dia mengungkapkan, sebelum melakukan kegiatan hari lapang tani ke 2 (HLT2) atau panen raya, BBWS Pemali Juana telah melakukan survey dan pemilihan lokasi Dem-Farm SRI tahun 2019. Kemudian sosialisasi, pelatihan serta penyerahan bantuan hingga hari lapang ke 1 (HLT1) atau tanam padi.
“Dari hasil panen sebelumnya DI Sungapan Desa Cibelok tinggi tanaman 90 cm dengan jumlah anakan 35, berat yang dihasilkan rata-rata 7,3 ton/ha. Sedangkan DI Kaliwadas Desa Babakan tinggi tanaman 75 cm dengan anakan 53 dihasilkan rata-rata 5,9 ton/ha. Dan DI Pesantren Kletak Desa Wonoyoso tinggi tanaman 65 cm dengan jumlah anakan 25,” sebutnya.
Dia menambahkan, upaya yang dilakukan untuk mempertahankan Den-Farm dengan pompanisasi dari kali Layanan. “Alhamdulillah berkat pengawalan BBWS Pemali Juana, Dinas Pertanian Kabupaten dan pemerintah desa setempat, hari ini bisa melakukan kegiatan panen raya,” pungkasnya.
Dengan sistem tanam SRI yang telah disosialisasikan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), para petani setempat menuai hasil panen berlebih dibanding metode konvensional. Hasilnya, hasil panen dengan metode SRI di lahan pertanian 5,00 hektar mengalami peningkatan dari 6,9 ton/hektare (konvensional) menjadi 9 ton hektare. Dan, harga jual juga meningkat, dari hasil konvensional terjual Rp 35.880.000/hektare menjadi 46.000.000/hektare.
Kepala BBWS Pemali Juana, Ruhban Ruzziyatno mengatakan bahwa, dalam rangka ketahanan pangan di Jawa Tengah, pihaknya giat menyosialisasikan sistem tanam SRI yang bisa hemat air dan ramah lingkungan. Disebutkan, ada tiga lokasi Demfarm yang menjadi percontohan penggunaan metode SRI, diantaranya DI Sungapan Desa Cibelok, Kecamatan Taman, kabupaten Pemalang, DI Kaliwadas Desa Babakan Kecamatan Bodes, Pemalang, dan DI Pesantren Kletak Desa Wonoyoso, Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan.
“Teknik budidaya tanaman padi dengan metode SRI merupakan teknologi budidaya padi yang menitikberatkan penghematan sumberdaya air. Dengan tersedianya air irigasi peluasan areal serta peningkatan intensitas pertanaman diharapkan dapat meningkatkan produksi padi sekaligus meningkatkan pendapatan petani,” terang Ruhban seusai mengikuti panen raya di DI Pesantren Kletak, Desa Wonoyoso, Kecamatan Buaran, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (27/8/2019).
Dia mengungkapkan, sebelum melakukan kegiatan hari lapang tani ke 2 (HLT2) atau panen raya, BBWS Pemali Juana telah melakukan survey dan pemilihan lokasi Dem-Farm SRI tahun 2019. Kemudian sosialisasi, pelatihan serta penyerahan bantuan hingga hari lapang ke 1 (HLT1) atau tanam padi.
“Dari hasil panen sebelumnya DI Sungapan Desa Cibelok tinggi tanaman 90 cm dengan jumlah anakan 35, berat yang dihasilkan rata-rata 7,3 ton/ha. Sedangkan DI Kaliwadas Desa Babakan tinggi tanaman 75 cm dengan anakan 53 dihasilkan rata-rata 5,9 ton/ha. Dan DI Pesantren Kletak Desa Wonoyoso tinggi tanaman 65 cm dengan jumlah anakan 25,” sebutnya.
Dia menambahkan, upaya yang dilakukan untuk mempertahankan Den-Farm dengan pompanisasi dari kali Layanan. “Alhamdulillah berkat pengawalan BBWS Pemali Juana, Dinas Pertanian Kabupaten dan pemerintah desa setempat, hari ini bisa melakukan kegiatan panen raya,” pungkasnya.
(nun)