Jasmani Ubah Sampah Plastik Jadi Kerajinan

Sabtu, 24 Agustus 2019 - 12:00 WIB
Jasmani Ubah Sampah Plastik Jadi Kerajinan
Jasmani Ubah Sampah Plastik Jadi Kerajinan. Foto/iNews/Eddie Prayitno
A A A
KENDAL - Sampah plastik bekas kemasan minuman dimanfaatkan kakek berusia 70 tahun dijadikan kerajinan berupa tas dan tikar. Bekas kemasan minuman yang terbuang dari warung kopi sepanjang jalan Pantura, Alas Roban, Gringsing, Batang ini dikumpulkan dan dirangkai menjadi kerajinan yang bernilai tinggi.

Sembari berjualan minuman, Jasmani melipat plastik bekas kemasan minuman untuk dibuat tikar ataupun tas dengan motif yang unik dan menarik. Di kios pinggir jalan Pantura, Alas Roban, Gringsing, Kabupaten Batang ini, Jasmani tekun melipat plastik bekas kemasan minuman. Setiap hari Jasmani sendirian berkeliling dari warung ke warung, mengambil sampah plastik bekas kemasan minuman.

Berawal dari keprihatinan melihat sampah plastik bekas kemasan minuman dari warung-warung, Jasmani mencoba mengumpulkan dan mulai berkreasi. Dua tahun terakhir Jasmani belajar merangkai plastik-plastik ini.

Jasmani sadar bahwa sampah plastik sudah terurai. Dari sinilah ia mencoba memanfaatkannya menjadi kerajinan. Sembari menunggu dagangan minuman, Jasmani melipat plastik bekas kemasan minuman untuk dirangkai menjadi tikar ataupun tas.

Usai dikumpulkan plastik bekas kemasan minuman ini kemudian dipilah-pilah, berdasarkan jenis dan gambar kemasan. Butuh ketelatenan dan kesabaran mengumpulkan plastik bekas kemasan minuman ini, kemudian memilah untuk dijadikan kerajinan. Namun, Jasmani dengan sabar mengolah plastik-plastik bekas kemasan minuman ini dijadikan kerajinan seperti tikar ataupun tas.

Usai dipilah-pilah, kemudian dirapikan. Sisa plastik juga tidak dibuang begitu saja. Jasmani mengumpulkan dalam wadah tersendiri, kemudian dibakar agar tidak menjadi sampah. Plastik bekas kemasan minuman ini kemudian dilipat berdasarkan warna dan gambar dan dirangkai menjadi kerajinan.

Tidak perlu dijahit atau diberi perekat, Jasmani hanya menganyam plastik bekas kemasan ini menjadi tikar dan tas. Dikatakan Jasmani, untuk membuat tikar dengan panjang dua meter dan lebar satu setengah meter, setidaknya dibutuhkan 1.000 bungkus kemasan minuman.

"Sedangkan untuk membuat tas, setidaknya butuh 200 bungkus kemasan minuman instan," tutur Jasmani. Jasmani mematok harga Rp150 ribu untuk tikar bercorak kemasan kopi. Sedangkan tas dijual dengan harga Rp25-45 ribu.

Menurut warga, yang dilakukan Jasmani sangat membantu mengurangi sampah plastik bekas kemasan minuman yang dihasilkan dari warung sepanjang Pantura Alas Roban. Setiap hari banyak sampai karena disinggahi pengguna jalan yang beristirahat.

"Dengan memanfaatkan plastik bekas kemasan minuman ini, setidaknya bisa mengurangi sampah plastik yang dibuang. Karena plastik tidak bisa cepat hancur, butuh puluhan tahun. Sedangkan jika dibakar masih menyisahkan sampah dan polusi," terang warga, Adevian.

Hasil kerajinan Jasmani banyak dibeli pengguna jalan yang kebetulan melintas Pantura Alas Roban. Jasmani mengaku tidak mesti dalam seminggu kerajinan yang dihasilkan dari plastik bekas kemasan minuman ini laku. Namun setidaknya apa yang dilakukan jasmani mampu mengurangi sampah plastik khususnya bekas minuman kemasan yang terbuang percuma.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.7566 seconds (0.1#10.140)