Tony Prasetiantono, Antara Jazz, Sepakbola dan Basket

Kamis, 17 Januari 2019 - 22:11 WIB
Tony Prasetiantono, Antara Jazz, Sepakbola dan Basket
Jenazah A Tony Prasetiantono saat tiba di rumah duka Perum Pesono Merapi (Merapi View) J7-8, Ngaglik, Sleman, Kamis (17/1/2019). Foto/SINDOnews/Priyo Setyawan
A A A
SLEMAN - Mendiang A Tony Prasetiantono selain menyukai jazz, ternyata juga penyuka olahraga, terutama sepak bola dan basket. “Paman saya itu easy going (mudah bergaul), hobinya jazz, sepak bola sekaligus penggemar NBA,” kata Fery Kurniawan, keponakan A Tony Prasetiantono di rumah duka Perumahan Pesona Merapi (Merapi View) J7-8, Ngaglik, Sleman, Kamis (17/1/2019).

Menurut Fery, pamanya tersebut suka bermain sepak bola dan juga basket, sehingga saat muda penampilannya sportif. Termasuk saat membaca surat kabar, pertama kali halaman yang dibaca adalah olahraga. Setelah itu baru halaman yang lainnya. “Membaca seperti ini juga menjadi kebiasaan keluarga besar kami turun-temurun,” paparnya.

Selain sportif, pamanya itu juga displin, baik dalam olahraga maupun kehidupan sehari-hari, termasuk saat minum obat. Namun setelah badannya agak tambun, mulai jarang olahraga. Apalagi setelah menderita penyakit jantung. “Untuk makanan kesukaannya adalah sate kambing,” terangnya.

Hal yang sama diungkapkan mantan asisten A Tony Prasetiantoni, Hery Nugroho. Menurutnya saat menjadi mahasiswa maupun dosen, Tony suka bermain sepak bola dan badminton. Hobinya itu sempat membuat Tony menderita syaraf kejepit. Namun begitu, ia tetap suka melakukan olahraga tersebut. “Habis main sepak bola atau badminton syarat kejepitnya sering kambuh. Saya yang sering memijatnya,” aku Hery.

Hery mengenal Tony saat dirinya menjadi mahasiswa baru FE UGM pada tahun 1985/1986. Yaitu saat kegiatan perploncoan. Saat itu Tony baru lulus dari FE dan menjadi kandidat dosen. Hery bukan hanya kenal, namun kerap ditolong secara finansial oleh Tony, hingga bisa menyelesaikan pendidikan di FE UGM.

“Saat menjadi dosen itu pak Tony masih bujang. Oleh fakultas, beliau disewakan rumah. Sehingga saya diajak pak Tony tinggal bersamanya. Termasuk menjadi asistennya, baik dalam mengurus rumah tangga, seperti bayar listrik dan lainnya. Pada semester 6 dan 7 saya menjadi asisten untuk mengajar di sejumlah kampus swasta yakni UKDW, Atamajaya dan STIE Kerjasama di Yogyakarta,” papanya.

Hery mulai tidak bersama Tony setelah dirinya menjadi komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) pada tahun 2004. Meski secara pekerjaan pisah, namun hubungan pribadi masih berlanjut. “Saya masih dipercaya mengurus pajak beliau. Beberapa hal lainnya juga masih dipercayakan kepala saya,” ungkap Vice President of Regulatory and Government Relations PT Media Nusantara Citra (MNC) itu.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.4388 seconds (0.1#10.140)