Siswa SMA di Jateng Bakal Dilatih Kebencanaan Dua Kali Setahun

Kamis, 17 Januari 2019 - 14:29 WIB
Siswa SMA di Jateng Bakal Dilatih Kebencanaan Dua Kali Setahun
Siswa SMA 1 Bumiayu, Brebes, dilatih kebencanaan oleh tim gabungan, Kamis (17/1/2019). Dua kali dalam satu tahun, siswa SMA dan SMK di Jawa Tengah bakal menerima pelatihan kebencanaan. FOTO/IST
A A A
BUMIAYU - Dua kali dalam satu tahun, siswa SMA dan SMK di Jawa Tengah bakal menerima pelatihan kebencanaan. Pembekalan pengetahuan kesiapsiagaan tersebut diharapkan mampu meminimalisasi korban mengingat Jateng sebagai supermarket-nya bencana.

Mengawali langkah tersebut, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menggerakkan seluruh komponen penanggulangan kebencanaan, BPBD, PMI, SAR, Tagana, TNI dan POLRI untuk terjun ke SMA 1 Bumiayu, Kamis (17/1/2019).

"Saya mencoba menerjemahkan tanpa menunggu apa yang diperintahkan Presiden Jokowi bahwa kebencanaan dimasukkan ke kurikulum. Kalau kita menunggu diubah dan dimasukkan ke kurikulum kelamaan," kata Ganjar.

Simulasi penanganan sejumlah bencana diperagakan, dari gempa hingga kebakaran. Pada peragaan pada bencana gempa yang mendera bangunan berlantai dua itu, puluhan siswa berhamburan berlari dan diarahkan menuju titik kumpul. Sementara, pihak sekolah menghubungi tim Satgas BPBD terdekat dan langsung bergerak menyelamatkan korban yang masih terjebak reruntuhan.

Tak selang lama, sejumlah titik api muncul dan memicu kebakaran. Dengan sigap pihak sekolah menghubungi tim pemadam yang langsung mampu mengondisikan si jago merah.

"Ini momentum untuk inspirasi bagi siswa pendidikan kebencanaan bisa dilakukan dengan cepat dan sederhana. Namun jangan sendirian. Kita tadi ajak PMI, BPBD, SAR, Tagana kita ajak polisi dan semua bisa kita ajak. Kita mengajarkan dan mereka merasakan langsung apa yang dia lihat," katanya.

Siswa SMA di Jateng Bakal Dilatih Kebencanaan Dua Kali Setahun


Ganjar berharap, laku ini bisa terinternalisasi dalam sikap siswa. Bagaimana memitigasi kebencanaan di kelas, bagaimana dia mau terlibat sehingga operasi kemanusiaan dilakukan dengan tulus dan mengakrabkan siswa dengan berbagai peralatan yang digunakan dalam operasi kemanusiaan.

"Ini akan dilakukan di seluruh sekolah di Jawa Tengah. Minimal setiap sekolah latihan 6 bulan sekali. Akan memunculkan kesiapsiagaan kita menghadapi bencana," ujar orang nomor satu di Jateng ini.

Menurutnya, jika sebuah daerah rawan bencana memang pelaksanaan pelatihan akan lebih banyak. Dia kemudian mengisahkan apa yang dilakukan pemerintah Jepang untuk memberi pendidikan kebencanaan terhadap warganya.

"Seperti yang dilakukan Jepang, setiap warga negara yang baru masuk, dia langsung dikasih tahu daerah yang kamu tinggal rawan bencana ini maka kamu harus bisa begini, kalau kamu jadi korban kamu harus mengamankan diri ke sini. Jadi mereka nyaman," katanya.

Terkait pengubahan kurikulum yang memasukkan kebencanaan, Ganjar mengatakan hal tersebut tidak terlalu mendesak. Menurut Ganjar, yang penting dilakukan saat ini adalah memberi pemahaman kepada guru dan siswa bahwa apapun mata pelajarannya, materi kebencanaan bisa diinternalisasikan.

"Diinternalisasikan langsung saja ke mata pelajaran. Agama, bahasa Indonesia, fisika, biologi, geologi dan semuanya diinternalisasikan dengan kebencanaan. Tidak perlu kurikulum, namun langsung saja seperti ini," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.9132 seconds (0.1#10.140)