Muhammadiyah Garap Sepakbola bersama Uni Papua

Jum'at, 16 Agustus 2019 - 21:01 WIB
Muhammadiyah Garap Sepakbola bersama Uni Papua
Pimpinan pusat Muhammadiyah melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan Perkumpulan Sepakbola Uni Papua. FOTO/IST
A A A
JAKARTA - Pimpinan pusat Muhammadiyah melakukan penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan Perkumpulan Sepakbola Uni Papua. Langkah ini sebagai bentuk upaya menghidupkankan sepakbola di kalangan Muhammadiyah yang sudah lama hilang.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, sepakbola merupakan salah satu alat dalam membangun bangsa. Begitu juga dengan gerak Muhammadiyah melalui sepakbola bukan hal baru.

"Gerakan kepanduan Hizbul Wathan (HW) telah menyebarkan nilai-nilai Muhammadiyah melalui sepakbola sejak 1918. Bahkan PS HW merupakan pilar dalam pendirikan PSSI, terangnya saat MoU dengan Uni Papua di Gedung Dakwah Muhammadiyah Jakarta, Jumat (16/8/2019).

Dengan dasar itulah yang menjadikan alasan Muhammadiyah untuk menggarap MoU tersebut. Selain untuk menghidupkan kembali gerak Muhammadiyah yang sudah lama hilang di sepakbola, program MoU ini punya nilai sosial yang dapat memajukan kehidupan kebangsaan.

“Karena Muhammadiyah adalah gerakan Islamiyah, maka tentu bagaimana nilai-nilai Islam itu lewat dakwah di sepakbola semakin mencerahkan dan memajukan masyarakat. Ini yang tidak boleh lupa dalam setiap gerak Muhammadiyah,” tegasnya.

Haedar melanjutkan sepakbola merupakan wahana yang paling cair. Akan tetapi belakangan ada muatan negatif rasialisme, di tanah air kita. Sepakbola sering dianggap menyeramkan karena ada vandalisme. "Di Yogya, bahkan warga menyingkir karena takut jika ada suporter tertentu," imbuh dia.

Untuk itu Muhammadiyah berusaha membebaskan sepakbola dari unsur negatif dan kembali dengan gerakan menyatukan bangsa.

Presiden Football for Peace Interfaith Indonesia Zahrul Azhar Asumta menjelaskan, MoU ini adalah langkah tepat dalam menyebarkan gagasan perdamaian dan pluralitas secara mudah.

“Uni Papua punya 24 cabang di Indonesia dan beberapa negara lain. Adanya MoU ini adalah optimisme baru bagi kami, memberikan semangat agar kita semakin turun kelapangan," ungkapnya.

Pihaknya mengaku siap mengundang Muhammadiyah untuk ikut serta dalam acara kompetisi sepakbola yang melibatkan tokoh lintas agama dan lintas mazhab. Diharapkan masyarakat akar rumput bisa mengambil contoh dari perbedaan itu tapi tetap bisa bersatu.

Sementara, CEO Perkumpulan Sepakbola Uni Papua, Hadi menganggap MoU ini merupakan langkah strategis bagi pembentukan karakter bangsa melalui sepakbola. Uni Papua pun berjanji akan menggarap secara serius kesempatan coaching clinic di sejumlah lembaga pendidikan Muhammadiyah. Hal in sebagai upaya pematangan kurikulum berjenjang pendidikan karakter melalui sepakbola.

Dalam sesi MoU tersebut PP Muhammadiyah dan Perkumpulan Sepakbola Uni Papua juga sempat bertukar jersey dengan nomor simbolik 17 dan 5. Angka 17 merupakan yang tanggal kemerdekaan Indonesia yaitu 17 Agustus dan nomor 5 melambangkan 5 Sila Pancasila.

“Kita berharap simbol ini bukan sekedar ritual sosial dan jargon yang indah tentang Pancasila, tapi bagaimana menggunakan energi kita untuk mempraktikkannya dalam realitas sosial. Muhammadiyah ada di Papua sejak 1926 melalui berbagai pelayanan sosial. Ini menunjukkan dakwah Muhammadiyah rahmatan lilalamin. Dakwah untuk semesta."

"Muhammadiyah fokus bekerja dan tidak bersuara kencang. Jadikan sepakbola Indonesia selain maju juga sebagai pemersatu. Bersama, bagaimana kita menata kembali sesuai keinginan para pendiri bangsa bahwa Indonesia milik semua golongan bukan segolongan saja,” pungkasnya.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.7085 seconds (0.1#10.140)