Aktivitas Tambak Udang Sebabkan Habitat Penyu Bergeser

Jum'at, 16 Agustus 2019 - 18:30 WIB
Aktivitas Tambak Udang Sebabkan Habitat Penyu  Bergeser
TIM BKSDA tengah meneliti Penyu belimbing yang ditemukan mati di pinggir pantai selatan. FOTO/iNews.id/Kuntadi
A A A
KULONPROGO - Kawasan Pantai Trisik yang terletak di Kecamatan Galur, Kulonprogo dikenal sebagai Habitat alami, penyu untuk bersarang dan bertelur. Namun semakin banyaknya kegiatan masyarakat di pesisir menjadikan habitat alaminya mulai terganggu. Selain jumlah penyu yang menurun, kini mulai ada pergeseran bagi penyu untuk mendarat.

Salah satu pegiat pelestarian penyu di kelompok konservasi Penyu Abadi, Trisik, Mbah Kromo mengatakan dulu setiap tahun penyu-openyu ini bersarang dan bertelur di Pantai Trisik. Setidaknya ada tiga jenis penyu yang mendarat, yakni Penyu hijau, penyu lekang dan penyu belimbing. Namun belakangan ketigab spesies ini semakin menurun jumlahnya. Apalagi penyu belimbing sudah jarang ditemui mendarat.

“Yang masih bertelur tinggal penyu hijau dan penyu lekang. Jarang penyu belimbing sekarang,” ujar Mbah Kromo. (Baca Juga: Penyu Belimbing Mati Dengan Luka di Tubuhnya
Saat ini, dikelompok konservasi Penyu Abadi, tengah menetaskan telur-telur penyu yang ditemukan bersarang. Setidaknya ada 13 arang yang dirawat untuk ditetaskan dan sudah ada 400 yang menetas. Sedangkan telur yang belum menetas juga hampir sama 400 butir.

Ketika usianya dirasakan sudah cukup, penyu-penyu ini akan dilepasliarkan ke habitat alaminya. Warga juga diminta untuk ikut peduli dalam menjaga dan merawat ekosistem. Tidak boleh lagi ada warga yang boleh mengambil telur penyu. Apalagi hewan ini dilindungi undang-undang.

Menurutnya, setelah banyak aktivitas di Pantai Trisik, salah satunya tambak udang, jumlah penyu yang bersarang kian sedikit. Itupun lokasi bertelurnya juga berpindah. Jika dulu di sekitar TPI dan panta kini bergeser ke arah barat dis ekitar muara sungai Progo. Selain itu juga di Pantai Imorenggo yang belum dijadikan lokasi tambak udang. “Gesernya ke timur dan barat yang masih alami,” jelasnya.

Kabid Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pengelolaan Pelelangan Ikan Dinas Kelautan dan Perikanan Kulonprogo, Sugiyarto mengatakan penyu adalah spesis yang dilindungi. Untuk itulah harus ada sinergitas antara masyarakat dan pemerintah dalam melestarikan penyu-penyu ini.

Diakuinya dalam dua pekan belakangan ini, sudah ada tiga ekor penyu yang terdampar mati. Hal ini sangat disayangkan, apalagi ada bekas luka bekas senjata tajam. Mestinya penyu-penyu ini dilindungi dan tidak disakiti ketika tersangkut jaring nelayan.

“Kita akan masukkan dalam RTRW dalam konservasi penyu ini, dan ada beberapa lokasi yang dilindungi,”jelasnya.

Dokter hewan BKSDA, Yuni Titasari, mengatakan keberadaan penyu belimbing memang semakin jarang ditemui. Ada beberapa penyu jenis ini yang ditemukan mati. Selain di Kulonprogo juga ada dua kejadian di Pantai Baron Gunungkidul. Penyu ini saat ditemukan dalam membusuk dengan ditemukan luka pada tubuhnya. “Sebenarnya ukuranya sudah dewasa, panjang 2 meteran dan lebar 80 cm,” jelasnya.

BKSDA akan bekerjasama dengan Fakultas Biologi, UGM untuk melakukan penelitian. Termasuk meneliti sampel usu yang diambil dari tubuh korban.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 5.0281 seconds (0.1#10.140)