Berkunjung ke Rumah Buya, JK Dapat Masukan Kabinet Jokowi

Kamis, 15 Agustus 2019 - 19:01 WIB
Berkunjung ke Rumah Buya, JK Dapat Masukan Kabinet Jokowi
Wapres JK didampingi Sri Sultan HB X bersilaturahmi ke rumah Buya Syafii Maaarif di Jalan Halmahere D76 Perumahan Nogotirto Elok, Gamping, Sleman, Kamis (15/8/2019). FOTO/IST
A A A
SLEMAN - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) berkunjung ke rumah Buya Syafii Maarif di Jalan Halmahera D76, Perum Nogotirto Elok, Gamping, Sleman, Kamis (15/8/2019).

JK tiba di kediaman Buya pada pukul 08.00 WIB, Gubernur DIY Sultan Hamengkubuwono (HB) X ikut mendampingi. Mereka kemudian masuk rumah Buya. Pertemuan itu berlngsung sekitar 25 menit dan tertutup untuk media.

Usai rombongan JK pergi, kepada wartawan Buya mengatakan kedatangan JK untuk silaturahmi usai dirinya sakit dan sedikit membicarakan politik. Di antara soal susunan kabinet nanti. Untuk kabinet ini Buya mengusulkan kabinet baru nanti harus kompak, profesional, berintegritas, memiliki visi ke depan dan mengerti Tri Sakti dan paham pasal 33 UUD.

“Untuk sosok, saya tidak menyebut orang. Pokoknya susun kabinet yang profesional tapi tidak anti partai. Cari orang partai yang profesional, berintegitas, patriot dan petarung serta memberikan masukan ke presiden yang benar berdasarkan fakta,” paparnya.

Mengenai PR yang masih harus diselesaikan menurut Buya salah satunya soal Nawacita. Sebab dalam pemerintahan Jokowi yang pertama baru 30%, sehingga masih ada 70% yang harus diselesaikan. Terutama pasal 33 UUD mengenai ketimpangan ekonomi. “Ini yang harus dituntaskan,” tandasnya.

Menurut Buya semua itu tergantung kabinet nanti.Karena itu nantinya diharapkan tidak ada lagi menteri yang saling cekcok. Jika ada, maka presiden harus tegas. Termasuk parpol juga harus memunculkan kader yang mau memperbaiki negara melawan korupsi, narkoba dan lainnya.

Dalam pertemuan itu juga sempat membicarakan kondisi perekonomian negara termasuk imbas perang dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat. "Kalau (perang dagang Tiongkok dan Amerika Serikat) terus-menerus ya (berdampak negatif bagi Indonesia). Tapi masih bisa lima persen pertumbuhan ekonomi kita itu," jelasnya.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.0292 seconds (0.1#10.140)