Ratusan Warga Sukoharjo Ikuti Drama Kolosal Perjuangan

Kamis, 15 Agustus 2019 - 17:30 WIB
Ratusan Warga Sukoharjo Ikuti Drama Kolosal Perjuangan
Drama kolosal perjuangan yang digelar warga Desa Tanjung, Kecamatan Nguter, Sukoharjo, Kamis (15/8/2019). FOTO/SINDOnews/Ary Wahyu Wibowo
A A A
SUKOHARJO - Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke-74 disambut gegap gempita oleh warga Desa Tanjung, Kecamatan Nguter, Sukoharjo. Mereka menggelar drama kolosal bertema perjuangan di dekat Jembatan Tanjung-Lengking.

Drama kolosal perjuangan melibatkan sekitar 350 warga. Para peserta aksi teatrikal sangat bersemangat dalam menggambarkan perjuangan para pendahulu saat memerdekakan Indonesia. “Drama kolosal ini memang dipersiapkan warga untuk menyambut HUT RI,” kata Antonius Bimo Wijanarko, koordinator aksi, Kamis (15/8/2019).

Drama dimulai dengan adegan penjajahan Belanda. Sebagian peserta aksi menjadi tentara Belanda dan sebagian lainnya menjadi warga pribumi. Gambaran kesewenang-wenangan penjajah ditampilkan oleh para pemeran. Tidak terkecuali para perempuan juga mengambil bagian dalam aksi sebagai para pedagang pasar. Dilanjutkan dengan masa pendudukan Jepang.

Warga semula dengan suka cita menerima tentara dari negeri matahari terbit sebagai penolong. Tetapi berjalannya waktu muncul penjajahan baru yang lebih kejam. Kerja paksa dalam bentuk romusha juga digambarkan dalam adegan per adegan meski cukup singkat. Hingga akhirnya muncul tokoh tokoh pejuang bangsa seperti Soekarno, Jendral Sudirman dan Bung Tomo.

Tokoh tokoh inilah yang kemudian mencetuskan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Selain sebagai bentuk hiburan, kegiatan dengan melibatkan warga ini sebagai upaya mengajarkan gelora semangat kemerdekaan kepada generasi muda. “Kegiatan seperti ini akan selalu diingat karena warga terlibat langsung,” terangnya. Sehingga nantinya dapat semakin menambah rasa kecintaan pada Bangsa Indonesia.

Dalam kegiatan itu juga dibentangkan bendera merah putih ukuran 12X16 meter. Drama diakhiri dengan pengibaran bendera raksasa tepat di tengah jembatan menjuntai ke sungai. Salah satu peserta drama, Agus Setiawan mengaku hanya berlatih sekali sebelum pelaksanaan. Komunikasi antar pemeran juga baru terjadi saat koordinator menyodorkan tema dan alur cerita.

Kemudian mengalir dengan lancar hingga berjalannya drama kolosal. “Yang penting main dan senang, jadinya ya seperti ini, lepas,” ungkap Agus. Drama kolosal melibatkan warga berbagai elemen. Mulai dari warga umum, karang taruna, perangkat desa, komunitas seni, dan instansi lainnya.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.1709 seconds (0.1#10.140)