Jet Tempur hingga Helikopter AS Siap Serbu Iran

Senin, 12 Agustus 2019 - 23:45 WIB
Jet Tempur hingga Helikopter AS Siap Serbu Iran
Salah satu kapal perang Amerika Serikat siaga di Laut Arab. Foto/Sky News
A A A
AL UEDID -
Kapal induk Amerika Serikat (AS) di Laut Arab, diposisikan dalam jarak yang dekat dengan Iran. Kapal induk itu membawa Jet-jet tempur cepat, pesawat mata-mata, dan helikopter canggih.

Presiden Donald Trump memerintahkan pemindahan kapal induk USS Abraham Lincoln dan kapal-kapal perang lainnya ke wilayah itu pada Mei—sedikit lebih cepat dari yang direncanakan—ketika ketegangan meningkat antara Washington dan Teheran.

Para pejabat militer AS mengatakan misi mereka adalah untuk mencegah pasukan Iran menyerang sasaran-sasaran kepentingan AS di Timur Tengah. Tapi, mereka juga siap melancarkan serangan ofensif jika diberi perintah.

"Sebagian besar dari pencegahan adalah kesiapan yang mendukung pencegahan itu," kata Laksamana Muda Michael Boyle, komandan Carrier Strike Group 12 (Kelompok Serang Kapal Induk 12).

"Kami siap untuk membela kepentingan AS dan AS jika dipanggil...Tugas saya adalah berada di sini, untuk siap, untuk mencegah dan mempertahankan jika diperlukan," ujarnya, dikutip Sky News, Senin (12/8/2019).

Kapal induk itu belum transit melalui Selat Hormuz—titik fokus utama krisis AS dengan Iran—meskipun penyebaran kapal ke wilayah tersebut telah dipublikasikan oleh Presiden Trump dan anggota administrasi Gedung Putih lainnya.

Laksamana Boyle mengatakan, dia bisa melakukan transit kapal induk ke Selat Hormuz jika dia mau, tetapi dia lebih memilih untuk mundur di Laut Arab utara.

"Untuk misi kita di sini, yang merupakan pencegahan, kita berada di tempat yang kita inginkan," katanya.

"Orang-orang yang tahu di Iran mengerti bahwa kami lebih dari pencegah di sini daripada kami di Teluk Arab karena dari posisi ini kami dapat menjangkau mereka dan mereka tidak dapat mencapai kami. Dalam analogi seorang petinju kami telah mendapat penjangkauan dari tempat di mana kami berada sekarang," ujarnya.

Pesawat-pesawat jet tempur di kapal induk itu sejatinya dipersiapkan untuk menyerang target-target di Iran pada Juni lalu setelah Iran menembak jatuh sebuah pesawat nirawak mata-mata AS. Tetapi Presiden Trump memutuskan untuk membatalkan perintah serangan pada menit-menit terakhir.

Meski misi serangan itu dibatalkan, kru-kru udara tetap dalam keadaan siaga, termasuk pilot jet cepat Angkatan Laut Kerajaan Inggris yang tergabung dengan sayap udara sebagai bagian dari program pertukaran.

Banyak dari 68 pesawat yang siaga di kapal induk dilengkapi dengan kamera, radar dan sensor lainnya. Puluhan pesawat itu membantu meningkatkan pengawasan di dan sekitar Selat Hormuz, termasuk intelijen tentang gerakan dan kegiatan pasukan Iran, yang informasinya dibagikan dengan sekutu.

Hal ini membuat sulit bagi Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran untuk menargetkan kapal tanker komersial dan kapal dagang lainnya tanpa terdeteksi di video.

"Kami memastikan jika seseorang melakukan sesuatu yang mengganggu kestabilan atau membuat tindakan yang menghambat kebebasan navigasi, maka kami ada di sana untuk merekam video itu, untuk memastikannya keluar," kata Kapten Bill Reed, komandan sayap udara.

Mengambil gambar seperti itu adalah senjata penting untuk mendapatkan dukungan publik dalam perang informasi.

Iran telah berulang kali membantah tuduhan AS bahwa pasukannya berada di belakang serentetan dugaan serangan ranjau terhadap kapal-kapal tanker asing.

Penempatan kapal induk USS Abraham Lincoln dapat diperpanjang mengingat kegunaannya dan ancaman yang berkelanjutan.

"Saya pikir itu kesempatan tetapi sekarang semuanya sesuai jadwal untuk...ketika kami berpikir kami akan pulang," kata Kapten Walter Slaughter, komandan militer, ketika ditanya tentang kemungkinan perpanjangan penempatan kapal induk tersebut.

Laksamana Boyle mengatakan bahwa misi itu memang dapat selalu diperpanjang."Tetapi tidak ada pembicaraan mengenai hal untuk diperpanjang pada saat ini," katanya.

Kapal induk dan kapal-kapal perang lainnya yang membentuk Carrier Strike Group 12 meninggalkan pelabuhan Norfolk AS pada bulan April dalam tur tujuh bulan. Peran mereka di wilayah Teluk Persia ini jelas.

Apa yang tampaknya kurang terdefinisi dengan baik adalah rencana Amerika Serikat, yang didukung oleh Inggris, untuk membangun koalisi internasional guna meningkatkan perlindungan bagi kapal-kapal kargo pedagang di Teluk Persia.

Kapten Peter Mirisola, kepala Satuan Tugas 55—bagian dari Armada ke-5 AS—yang berkantor pusat di Bahrain mengawasi dua kapal perusak yang memberikan perlindungan lebih besar kepada kapal-kapal dagang berbendera AS di Selat Hormuz. Misinya dinamai "Operasi Sentinel".

Misinya berjalan seiring dengan penyebaran Angkatan Laut Kerajaan Inggris untuk melindungi kapal-kapal berbendera Inggris.

Ditanya apakah dia kecewa dengan tidak adanya sekutu lain yang bergabung, Kapten Mirisola mengatakan; "Ini adalah situasi yang membutuhkan waktu. Setiap ibu kota negara harus melalui proses pembangkitan kekuatan dan melihat kemampuan apa yang mereka dapat atau bersedia berikan pada Konstruksi Keamanan Maritim Internasional."

Kebuntuan antara Iran dan AS dipicu oleh keputusan Presiden Trump yang menarik Washington dari kesepakatan nuklir dengan Teheran dan memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.0098 seconds (0.1#10.140)