Mesin Roket Meledak Tewaskan 5 Ahli Nuklir Rusia

Minggu, 11 Agustus 2019 - 06:56 WIB
Mesin Roket Meledak Tewaskan 5 Ahli Nuklir Rusia
Para petugas pemadam kebakaran Rusia tiba di lokasi ledakan mesin roket di Arkhangelsk barat laut, Kamis (8/8/2019). Foto/Sputnik/Maksim Bogodvid
A A A
MOSKOW - Ledakan misterius mesin roket Rusia pada hari Kamis lalu menyebabkan lima orang tewas. Kelimanya merupakan ahli nuklir di perusahaan nuklir negara, Rosatom.

Tiga orang lainnya menderita luka bakar serius. Ledakan terjadi selama uji coba mesin roket berbahan bakar cair yang memicu lonjakan radiasi singkat di sekitar situs uji coba militer.

Tim teknik dan teknis Rosatom sedang mengerjakan "sumber daya isotop" untuk sistem propulsi pada hari Kamis, ketika kecelakaan itu terjadi. Ledakan itu menyebabkan lonjakan radiasi yang diklaim sudah kembali normal.

"Akibat kecelakaan di lapangan tembak militer di wilayah Arkhangelsk selama tes sistem propulsi cair reaktif, lima karyawan perusahaan negara Rosatom tewas," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan, dikutip Russia Today, Sabtu (10/8/2019).

Menurut Rosatom, tiga spesialis militer dan sipil masih dalam kondisi serius, tetapi luka-luka mereka tidak mengancam jiwa.

Masih belum jelas jenis misil atau mesin jet apa yang sedang diuji coba. Kerahasiaan seputar tes militer yang gagal dan pernyataan awal yang dibungkam oleh Kementerian Pertahanan memicu teori konspirasi tentang pihak berwenang yang berusaha menyembunyikan insiden yang dianggap bersekala insiden nuklir Chernobyl.

Seorang juru bicara untuk Severodvinsk, sebuah kota dengan 185.000 jiwa di dekat lokasi uji coba mesin roket di wilayah Arkhangelsk, mengatakan ada lonjakan radiasi pada Kamis siang. Namun, juru bicara tersebut dalam situs web pada hari Jumat mengklaim radiasi sudah tidak ada.

Para pakar nuklir yang berbasis di Amerika Serikat (AS) curiga ledakan itu dan pelepasan radiasi itu merupakan akibat kecelakaan selama pengujian rudal jelajah bertenaga nuklir di sebuah fasilitas di luar desa Nyonoksa.

"Mesin misil bahan bakar cair yang meledak tidak mengeluarkan radiasi, dan kami tahu bahwa Rusia sedang mengerjakan semacam tenaga nuklir untuk rudal jelajah," kata Ankit Panda, seorang pakar senior di Federasi Ilmuwan Amerika, sebagaimana dikutip Reuters.

Rusia pernah menyebut rudal jelajah bertenaga nuklir itu dengan nama 9M730 Buresvestnik. NATO menamainya SSC-X-9 Skyfall.

Seorang pejabat senior administrasi Trump, berbicara dengan syarat anonim, mengatakan dia tidak akan mengonfirmasi atau menyangkal bahwa kecelakaan yang melibatkan rudal jelajah bertenaga nuklir terjadi. Namun dia menyatakan skeptisisme mendalam atas penjelasan Moskow.

"Kami terus memantau peristiwa di Rusia, tetapi jaminan Moskow bahwa semuanya normal berongga bagi kami," kata pejabat AS tersebut.

"Ini mengingatkan kita pada serangkaian insiden yang berasal dari Chernobyl yang mempertanyakan apakah Kremlin memprioritaskan kesejahteraan rakyat Rusia di atas mempertahankan cengkeramannya sendiri pada kekuasaan dan kontrolnya terhadap aliran korupsi yang lemah," ujarnya.

Pejabat itu merujuk pada ledakan tahun 1986 di pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl, di bekas republik Soviet di Ukraina. Tragedi nuklir Chernobyl memicu kebocoran radioaktif selama sekitar sembilan hari. Namun, Moskow saat itu menunda mengungkapkan sejauh mana dampak tragedi nuklir itu dianggap banyak pihak sebagai kecelakaan nuklir terburuk dalam sejarah.

Presiden Rusia Vladimir Putin pernah menyinggung rudal jelajah bertenaga nuklir dalam pidato bulan Maret 2018 di hadapan parlemen Rusia. Saat itu, ia memuji pengembangan senjata strategis baru yang menakutkan tersebut.

Rudal itu, kata Putin, telah berhasil diuji pada akhir 2017 dan memiliki jangkauan tak terbatas dan tak terkalahkan terhadap semua sistem pertahanan rudal yang ada di dunia.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.2445 seconds (0.1#10.140)