Negara-negara Rujukan untuk Memajukan Industri Mobil Listrik

Jum'at, 09 Agustus 2019 - 09:30 WIB
Negara-negara Rujukan untuk Memajukan Industri Mobil Listrik
Pabrikan automotif nasional ditantang untuk membangun industri mobil listrik pasca-ditekennya Perpres Mobil Listik oleh Presiden Joko Widodo. Foto/Dok SINDOnews
A A A
JAKARTA - Keberadaan mobil berbahan bakar konvensional diprediksi akan akan tenggeser keberadaan mobil listrik. Tahun ini sendiri banyak pabrikan automotif dunia yang telah meluncurkan, bahkan sudah menjualnya saat ini.

Selain mobil listrik, ada juga hybrid car, dimana kendaraan ini digerakan oleh dua komponen yakni motor listrik dan mesin pembakaran konvensional. Dengan demikian, mesin pembakaran yang tidak melulu bekerja membuat kendaraan ini tidak terlalu mengeluarkan emisi yang banyak.

Demi melancarkan terlaksananya proyek mobil listrik dan hybrid, produsen kendaraan membutuhkan dukungan pemerintah berupa infrastruktur dan insentif. Sebab tak dipungkiri harga yang ditawarkan masih jauh lebih mahal dibanding mobil konvensional.

Oleh karena itu, banyak pemerintah terutama di negara maju yang menerapkan insentif untuk mobil listrik maupun hybrid. Dengan insentif, harga yang ditawarkan kepada konsumen setiaknya jadi lebih rendah dan kompetitif.

Berikut SINDOnews merangkum insentif untuk mobil listrik dan hybrid yang ada di berbagai negara di dunia:

China
China telah lama menjadi pelopor dalam pengembangan kendaraan listrik, dengan adanya insentif yang diberikan, pemerintah berharap bisa mengambil posisi terdepan dalam industri ini.

Pada 1 Juni 2010, Pemerintah China mengumumkan program uji coba untuk memberikan insentif hingga 60.000 yuan atau sekitar Rp120 juta untuk pembelian pribadi kendaraan listrik baterai baru. Ada juga insentif 50.000 yuan atau sekitar Rp10 juta untuk plug-in-hybrid di lima kota.

Kota-kota di China yang berpartisipasi dalam program percontohan adalah Shanghai, Shenzhen, Hangzhou, Hefei, dan Changchun. Sedangkan sampai akhir tahun lalu jumlah subsisdi mobil listrik dan hybrid China masih mencapai sekitar 56 miliar yuan.

Namun kabar terbaru yang dirilis media setempat mengatakan, Pemerintah China mengumumkan rencana pengurangan subsidi untuk mobil listrik yang dijual di negaranya. Melalui Kementerian Keuangan, China mengumumkan perubahan dalam sebuah pernyataan di situs web-nya. Subsidi untuk mobil listrik dengan jarak jelajah 400 kilometer ke atas akan dipotong setengahnya menjadi 25.000 yuan (Rp52 juta) dan 50.000 yuan (Rp105 juta) per kendaraan.

Italia
Di Italia, kendaraan listrik dibebaskan dari pajak sirkulasi tahunan atau pajak kepemilikan selama lima tahun sejak tanggal pendaftaran pertama mereka. Selain itu, kendaraan listrik mendapat pengurangan 75% tarif pajak yang diterapkan untuk kendaraan bertenaga bensin.

Bagi para pemilik mobil EV atau electric vehicle yang hanya mengeluarkan emisi karbon dioksida 70 g/km berhak menerima dari 1.500 hingga 6.000 euro.

Jepang
Pemerintah Jepang mulai memperkenalkan program insentif kendaraan listrik pertama pada 1996, yang kemudian diintegrasikan pada 1998 dengan Proyek Clean Energy Vehicles Introduction. Proyek ini memberikan subsidi dan potongan pajak untuk pembelian kendaraan listrik, gas alam, metanol, dan kendaraan listrik hibrida. Bahkan proyek ini memberikan subsidi pembelian hingga 50%.

Pada Mei 2009, dalam program Diet Nasional, disahkan "Tindakan Promosi Pembelian Kendaraan Hijau" yang mulai berlaku pada 19 Juni 2009, tapi berlaku surut hingga 10 April 2009.

Program menetapkan pengurangan dan pembebasan pajak untuk kendaraan ramah lingkungan dan hemat bahan bakar. Sesuai dengan seperangkat kriteria kinerja lingkungan yang ditetapkan dan persyaratan tersebut diterapkan secara merata untuk kendaraan yang diproduksi asing dan domestik.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.8050 seconds (0.1#10.140)