Australia Jadi Lokasi Rudal AS, Ini Jaraknya dari Indonesia

Senin, 05 Agustus 2019 - 17:31 WIB
Australia Jadi Lokasi Rudal AS, Ini Jaraknya dari Indonesia
Sistem rudal 1B Pershing, yang dilarang oleh Perjanjian INF, di White Sands Missile Range, Amerika Serikat, Januari 1986. Foto/Wikimedia/US Army
A A A
SYDNEY - Amerika Serikat (AS) disebut-sebut akan menempatkan rudal berbasis darat di Darwin, Australia. Lokasi wilayah itu berjarak sekitar 2.719 kilometer dari Jakarta, Indonesia.

Rencana penempatan rudal berbasis darat di Asia-Pasifik itu muncul setelah Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) antara Amerika Serikat dengan Rusia runtuh.

Washington resmi keluar dari pakta kontrol senjata nuklir era Perang Dingin itu 2 Agustus lalu dengan alasan Moskow melanggar perjanjian. Perjanjian INF 1987 melarang pengembangan, penempatan dan uji coba rudal berbasis darat yang memiliki jangkauan 500 kilometer hingga 5.500 kilometer.

Washington telah membahas masalah penempatan misil itu dengan Australia dalam forum AUSMIN (Australia-United States Ministerial Consultation) hari Minggu kemarin.

Upaya Washington menempatkan misil berbasis darat itu sebagai upaya untuk melawan ekspansi China di kawasan Asia Pasifik.

Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengatakan kepada wartawan dia ingin melihat senjata berbasis darat ditempatkan di Asia sebagai pencegah militer di tengah apa yang dia anggap sebagai "era persaingan kekuatan besar".

Ketika ditanya tentang prospek rudal darat non-nuklir AS yang ditempatkan di utara Australia, Menteri Luar Negeri Marise Payne dan Menteri Pertahanan Linda Reynolds memilih bungkam.

"Dalam hal keterlibatan regional kami, izinkan saya juga memastikan dan mengingatkan bahwa untuk China dan Australia, kami melihat China sebagai mitra yang sangat penting," kata Payne.

Laporan yang menyebut Darwin sebagai lokasi potensial untuk penempatan rudal berbasis darat adalah media Australia, 9news.com.au. "Jika AS mengembangkan senjata dengan jangkauan 5500 kilometer, China selatan akan nyaman dalam jangkauan rudal yang ditempatkan di Darwin," tulis media tersebut, Senin (5/8/2019).

Menteri Pertahanan Linda Reynolds mengaku membahas masalah itu dengan Menteri Pertahanan AS Mark Esper. "Saya memang membahasnya kemarin dengan Menteri Esper dan dia mengonfirmasi bahwa tidak ada permintaan dari Australia dan tidak ada yang diharapkan," katanya kepada ABC Radio National.

"Anda akan mengharapkan Menteri Pertahanan AS untuk menyelidiki semua masalah ini mengingat apa yang terjadi di Indo-Pasifik, tetapi saya dapat mengonfirmasi bahwa dia tidak membuat permintaan dan dia tidak mengantisipasi permintaan apa pun," ujarnya.

Namun, selama pertemuan itu, Esper mengatakan dia ingin memasang hulu ledak konvensional jarak menengah di Asia-Pasifik.

"Kami sekarang bebas jika Anda ingin mengembangkan jangkauan senjata itu, 500 kilometer hingga 5.500 kilometer yang belum tersedia bagi kami dari postur penangkal yang berbasis di darat," kata Esper pada konferensi pers pasca-pembicaraan.

“Saya pikir pada tingkat yang memungkinkan kita untuk merancang dan mengembangkan, menguji dan akhirnya menyebarkan sistem, apakah itu di Eropa, apakah itu di Asia-Pasifik atau di tempat lain, memberi kita dan berisi postur pencegah yang ingin kita lakukan untuk mencegah konflik di wilayah mana pun yang kami sebarkan melalui konsultasi dengan sekutu dan mitra kami."

Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo kemudian mengatakan; “Keputusan yang jujur ??tentang penempatan pasukan, rudal dan senjata, semua hal yang kami lakukan adalah hal-hal yang terus kami evaluasi. Kami ingin memastikan bahwa kami melindungi mitra kami, melindungi kepentingan Amerika."

Pompeo menekankan bahwa rudal tidak akan dikerahkan di Darwin atau di tempat lain tanpa dukungan Canberra.

"Ketika kami menggunakan sistem ini di seluruh dunia dengan teman dan sekutu kami melakukannya dengan persetujuan mereka," katanya.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.1718 seconds (0.1#10.140)