Rudal Jelajah Turki SOM-J yang Semestinya untuk Jet Tempur F-35

Senin, 05 Agustus 2019 - 11:41 WIB
Rudal Jelajah Turki SOM-J yang Semestinya untuk Jet Tempur F-35
Rudal Jelajah Turki SOM-J yang Semestinya untuk Jet Tempur F-35
A A A
ANKARA - Jauh-jauh hari Turki telah mengembangkan rudal jelajah buatan dalam negeri untuk senjata pesawat jet tempur siluman F-35. Namun, negara itu gagal mendapatkan pesawat tempur termahal itu setelah pengirimannya ke Ankara diblokir Amerika Serikat (AS).

Rudal jelajah air-to-surface itu bernama SOM-J. Lantaran gagal memperoleh jet tempur siluman generasi kelima Lokcheed Martin, Ankara memutuskan untuk menggunakan misil itu untuk pesawat tempur dan pesawat nirawak (UAV) buatan dalam negeri.

Menteri Industri dan Teknologi Mustafa Varank mengatakan misil jelajah SOM-J dikembangkan oleh dua negara. Dia tidak merinci negara kedua yang ikut mengembangkan senjata tersebut.

"Jika negara-negara dalam program F-35 ingin membeli rudal jelajah jenis ini, kami dapat dengan mudah menjual rudal-rudal ini bahkan jika kami keluar dari program (F-35)," kata Varank dalam konferensi pers di National Sky Observation Festival ke-22 di Antalya, pekan lalu, seperti dikutip Daily Sabah, Senin (5/8/2019).

Menurutnya, SOM-J yang diproduksi secara lokal juga dapat diintegrasikan ke dalam UAV Akinci yang diproduksi oleh perusahaan Baykar Turki. Varank menambahkan bahwa puncak dari proyek UAV adalah untuk memproduksi pesawat tempur tak berawak.

“Ini adalah masa depan UAV. Saya percaya Akinci akan memiliki efek pengganda yang sangat besar di industri pertahanan kami," ujarnya.

Sejak 2017, Turki dan AS berselisih atas keputusan Ankara membeli sistem rudal S-400 Rusia. Gara-gara menolak membatalkan kontrak pembelian senjata pertahanan itu, Washington memutuskan mengusir Ankara dari keanggotaan program jet tempur F-35.

Para pejabat AS berpendapat sistem senjata Rusia tidak sesuai dengan sistem NATO dan berpotensi mengekspose kelemahan F-35 yang akhirnya rahasia pesawat tempur termahal itu bisa jatuh ke tangan Moskow.

Namun, Turki menekankan bahwa S-400 tidak akan diintegrasikan ke dalam sistem senjata NATO dan tidak akan menimbulkan ancaman bagi aliansi.

Pengiriman komponen S-400 dimulai beberapa pekan lalu. Sejauh ini 14 pengiriman peralatan terkait telah mendarat di Turki selama sembilan hari. Pengiriman akan berlanjut hingga April 2020.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.0280 seconds (0.1#10.140)