Mahasiswa UGM Kembangkan Instalasi Penjernihan Air pada Sungai Gambut

Senin, 05 Agustus 2019 - 09:35 WIB
Mahasiswa UGM Kembangkan Instalasi Penjernihan Air pada Sungai Gambut
Mahasiswa KKN UGM di Rasau Jaya, Kubu Raya, Kalbar menerangkan soal instalasi penjernih air yang mereka kembangkan di daerah tersebut, akhir pekan lalu.
A A A
KUBU RAYA - Delapan mahasiswa Universtas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang sedang melaksanakan kuliah kerja nyata pembelajaran pengabdian masyarakat (KKN PPM) di desa Rasau Jaya 1, kecamatan Rasau Jaya, Kabupatan Kubu Raya, Kalimantan Barat (Kalbar) berhasil mengembangkan instalasi penjernihan air sungai gambut yang diberi nama KB008.

Dengan instalasi ini, bukan hanya menjadikan warna air sungai gambut coklat kemerahan menjadi jernih namun juga menjadi kesehatan (iritasi dan gatal-gatal) sekaligus edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya mengunakan air bersih. Instalasi tersebut sudah terpasang di Puskesmas Rasau Jaya. Hanya saja untuk tahap awal, baru sebatas untuk keperluan mandi cuci kakus (MCK).

Delapan mahasiswa itu, yakni Fuad Atthoriq, Muhammad Masyuril Izza, Neisya Isni Belqisti, dan Hashfian Anzhari (keempatnya Teknik Kimia 2016), kemudian Leonardo Tahi Bonar Togatorop (Teknis Mesin 2016), Rama Satia (Antropologi 2016) serta Marius Valentino dan Ikhsana Arba (Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian 2016).

Neisya Isni Belgisti mengatakan pengembangan ini karena selama ini air bersih menjadi permasalahan bagi masyarakat Rasau Jaya. Ini lantaran sebagai besar wilayah Rasau Jaya merupakan lahan gambut. Sebab air lahan gambut (sungai) memiliki kadar total suspended solid (TSS) yang tinggi yaitu 232 mg/l dengan tingkat keasaman (PH) rendah, yakni 4.

Selain menyebabkan warna airnya merah kecoklatan (seperti air teh) juga tidak layak konsumsi, termasuk jika digunakan untuk kepentingan MCK, dapat menyebabkan iritasi dan gatal-gatal serta pakaian kotor. Untuk keperluan air besih, terutama untuk masak dan minum warga mengunakan air tadah hujan yang sudah diendapkan. Sedangkan untuk MCK, kebanyakan masih memakai air sungai. Padahal dengan kondisi TSS yang tinggi dengan pH rendah tidak baik untuk kesehatan.

“Karena itulah lewat KKN PPM ini kami bukan hanya memberikan edukasi tentang pentingnya pengunaan air bersih, tetapi juga mengembangkan instanlsi untuk menurunkan kader TSS dan menaikan pH, sehingga air sungai gambut menjadi jernih,” kata Neisya soal pengembangan instalasi tersebut, akhir pekan lalu.

Neisya menjelaskan, instansi yang mereka kembangkan itu meliputi dua parameter tersebut, yakni TSS dan PH. Untuk TSS diturunkan dari 232 mg/l menjadi 68 mg/l dan pH ditingkatkan dari angka 4 menjadi 7. Sehingga layak digunakan untuk aktivitas MCK, namun belum untuk dikonsumsi (masak dan minum).

“Ini lantaran terbatasannya alat untuk analisis. Mungkin kalau alatnya ada, air sungai ini bisa jadi air minum,” terangnya.

Fuad atthoriq menambahkan instalasi penjernih air dibuat menggunakan material yang terjangkau dan mudah diperoleh, dengan proses yang meliputi koagulasi (proses pengumpalan), sedimentasi (proses pengendapan), dan filtrasi (penyaringan).

Dalam proses tersebut, air sungai dipompa dan dialirkan melewati klorin yang berfungsi untuk membunuh bakteri. Ait tersebut ditampung ditandon untuk mengalami proses koagulasi dengan penambahan pH up dan PAC (poli alumunium clorid) dan kemudian diendapkan.

“Air yang telah jernih kemudian difilter untuk menghilangkan sisa material sisa padatan ke dalam tangki penyimpanan untuk kemudian digunakan,” jelasnya.

Menurut Fuad, pembuatan alat penjernih air membutuhkan dana yang cukup ekonomis. Yaitu antara Rp1,5 juta-Rp2 juta. Sehingga diharapkan nantinya dapat direplikasi oleh masyarakat.

Kepala Puskesmas Rasau Jaya, Kubu Raya, Kalbar, Supratman mengatakan masyarakat di sini pada umumnya masih mengunakan air sungai gambut untuk kepentingan MCK. Padahal dengan TSS yang tinggi dan pH rendah tersebut tentunya berpengaruh dengan kesehatan dan lingkungan.

Sebab dengan memiliki supensi tinggi, bukan hanya berdampak pada warna pakaian, namun juga kesehatan manusia. Dimana microorgansisme yang ada di kandungan air tersebut, bisa menyebabkan infeksi dan gatal-gatal, termasuk backteri coli akan menyebabkan sakit pencernaan.

“Karena itu pegembangan instansi penjernih air mahasiswa KKN UGM ini sangat membantu kami. Berharap instansli ini tidak hanya di Puskesmas namun juga sampai di masyarakat. Sehingga bisa mengikuti pola seperti ini,” harapnya.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1675 seconds (0.1#10.140)