Toko Kelontong Ponpes Bisa Naik Kelas Jadi Toko Ritel

Rabu, 31 Juli 2019 - 17:04 WIB
Toko Kelontong Ponpes Bisa Naik Kelas Jadi Toko Ritel
Wagub Jateng, Taj Yasin Maimoen saat menghadiri Sarasehan Pengasuh Pondok Pesantren FKPP Rabithah Ma’ahid Islamiyah se-Jawa Tengah di Ponpes Darussalam, Batang, Rabu (31/7/2019). IST
A A A
BATANG - Kebangkitan ekonomi pondok pesantren bukan hal yang mustahil untuk segera diwujudkan. Kreativitas para santri yang dikembangkan secara maksimal dan dukungan teknologi pada era industri 4.0 membuka lebar peluang pondok pesantren untuk berdikari secara ekonomi.

“Pondok pesantren kini dituntut jawab tantangan industry 4.0. Kita bersyukur karena dalam Islam perihal ekonomi sudah tidak asing, sebagaimana diajarkan Rasulullah Muhammad SAW. Maka penting bagi santri untuk bisa melek IT agar dapat menjawab tantangan ekonomi ke depan. Kita harus kreatif memang,” ujar Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin Maimoen saat menghadiri Sarasehan Pengasuh Pondok Pesantren Forum Koordinasi Pondok Pesantren (FKPP) Rabithah Ma’ahid Islamiyah se-Jawa Tengah di Ponpes Darussalam, Batang, Rabu (31/7/2019).

Gus Yasin, sapaan akrab wakil gubernur, memberikan contoh konkret kreativitas santri yang berpotensi menjadi sumber pendapatan mereka. Untuk menggelar sarasehan tersebut, para santri bergotong-royong mendirikan panggung acara.

Menurutnya, keterampilan mendesain panggung itu merupakan peluang usaha tersendiri apabila santri mau bekerja sama membuka jasa dekorasi panggung. Santri bisa mempromosikan jasa tersebut melalui internet.

“Nggak perlu kita keluar meninggalkan pondok pesantren, di sela-sela waktu luang bisa jualan online, alhamdulillah sedikit-sedikit bisa menambah penghasilan,” jelasnya.

Mantan anggota DPRD Jateng itu juga ingin toko-toko kelontong yang dikelola oleh pondok pesantren dapat “naik kelas” menjadi toko ritel. Dengan penataan produk yang apik dan pemasaran yang gencar melalui internet, Gus Yasin optimistis, produk unggulan pondok pesantren dapat semakin dinikmati masyarakat, bahkan dikenal dunia.

“Ini cita-cita kita agar toko kelontong naik kelas menjadi toko ritel dan menjual produk-produk unggulan pondok pesantren. Kita lari untuk mengejar ketertinggalan itu, adik-adik santri ayo kita kembangkan kreativitas kita untuk mendapatkan income,” jelasnya.

Putera ulama kharismatik KH Maimoen Zubair menyebutkan, untuk mewujudkan kemandirian ekonomi pondok pesantren, Pemprov Jawa Tengah dan MUI Jateng bersinergi untuk memberikan fasilitas sertifikat halal bagi pelaku UMKM, termasuk pelaku UMKM di lingkungan pondok pesantren. Sehingga produk yang mereka pasarkan dapat menggaet lebih banyak konsumen.

Senada dengan Gus Yasin, Bupati Batang Wihaji ingin, para santri tidak hanya tekun mempelajari ilmu agama, namun juga memaksimalkan kreativitas yang mereka miliki dan keterampilan menggunakan teknologi untuk merintis usaha. Terlebih saat ini Pemkab Batang menginisiasi program 1.000 wirausaha baru. Melalui program tersebut, diharapkan upaya berwirausaha di kalangan pemuda-pemudi pondok pesantren juga semakin bergeliat.

“Santri tidak hanya wajib ngaji kitab, tapi jangan dilupakan juga teknologi saat ini berkembang sangat cepat. Kita harus bisa masuk di dalamnya. Apalagi Pemda Batang punya program 1.000 wirausaha baru, ini bagian dari menjawab tantangan industry 4.0,” pungkasnya.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.8011 seconds (0.1#10.140)