Mahasiswa UGM Olah Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar Minyak

Rabu, 31 Juli 2019 - 15:57 WIB
Mahasiswa UGM  Olah Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar Minyak
Mahasiswa UGM menunjukkan alat untuk mengubah sampah plastik menjadi BBM melalui proses pirolisis di kampus setempat, Rabu (31/7/2019). FOTO/Dok Humas UGM
A A A
SLEMAN - Sampah plastik selama ini hanya dibuang menjadi limbah. Padahal sampah plastik bukan hanya susah terurai namun juga menyebabkan kerusakan lingkungan. Sehingga hal ini menjadi permasalahan dalam penangganannya.

Untuk mengatasi permasalahan itu, dua mahasiswa UGM, Yanditya Affan Almada ( D3 Teknik Mesin Sekolah Vokasi) dan Refandy Dwi Darmawan (Fakultas Kehutanan) mengembangkan alat untuk mengubah sampah menjadi menjadi bahan bakar minyak (BBM) bio oil dan biogas melalui proses pirolisis yang diberinama Al Production. Dengan alat ini, bukan hanya menjaga lingkungan dari pencemaran namun juga bermanfaat untuk kehidupan.

Yanditya Affan Almada mengatakan, pengembangan alat ini bermula saat SMA pada tahun 2015 dia mengikuti lomba karya tulis ilmiah tentang pirolosis, yaitu proses memanaskan plastik tanpa oksigen dalam temperatur tertentu serta teknik destilasi. Terutama proses mengkonversi sampah menjadi bahan bakar. “Berawal dari situ saya mulai mencoba membuat alatnya,” kata Yanditya Affan Almada yang dipanggil Affan di kampus setempat, Rabu (31/7/2019).

Affan menjelaskan untuk mendapatkan BBM dari plastik, yaitu dengan peralatan pipa yang terhubung dengan tabung kedap udara bertekanan tinggi berbahan stainless steel. Untuk sumber energi yang berfungsi sebagai pemanas menggunakan aliran listrik. Kemudian sampah plastik dimasukan ke tabung vakum dan dipanaskan hingga mencapai 450-550 derajat celcius. “Tiga puluh menit kemudian keluar tetes-tetesan minyak dari pipa setelah melewati jalur pendinginan,” paparnya.

Affan mengklaim alat yang dikembangkan ini memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan alat sejenis di pasaran. Selain dilengkapai destilator untuk proses pirolisis, energi yang digunakandengan sumber listrik Sedanngkan alat lainnya untuk proses pemansan kebanyakan mengunakan sumber energi dari api sehingga suhu kurang terkontrol. “Kami berharap dengan alat ini bisa membantu dalam mengurai persoalan sampah plastik di Indonesia,” harapnya.

Affan menambahkn untuk sementara belum membuat alat ini secara masal, namun dibuat jika ada pesanan. Sampai sekarang sudah ada enam alat pemanas yang telah dibuat. Pertama kali dibuat tahun 2017. Untuk kapasitas 2 hingga 3 liter Rp20 juta dan kapasitas 10 liter Rp35 juta.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.6925 seconds (0.1#10.140)