Berikan Layanan Kedaruratan, UGM Luncurkan Aplikasi Bantu

Jum'at, 26 Juli 2019 - 08:45 WIB
Berikan Layanan Kedaruratan, UGM Luncurkan Aplikasi Bantu
Rektor UGM Panut Mulyono menunukkan aplikasi layanan kedaruratan bantu usai peluncuran aplikasi tersebut di ruang sidang rektorat kampus setempat, Kamis (25/7/2019). Foto/SINDOnews/Priyo Setyawan
A A A
YOGYAKARTA - Sembilan civitas Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta berhasil membuat aplikasi layanan kedaruratan yang diberinama Bantu. Selain untuk melaporkan adanya kejadian darurat, baik medis, kriminal maupun hal teknis lainnya, juga untuk menciptakan situasi dan kondisi lingkungan UGM yang aman dan terkendali.

Dimana laporan itu nantinya akan diterima dan ditindaklanjuti petugas Pusat Keamanan Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (PK4L) UGM. Sembilan civitas UGM itu terdiri dari tiga alumni dan enam mahasiswa aktif.

Mereka adalah Ghilam Nafadra Hakim (alumni fakultas Filsafat) sebagai ketua tim, Syahrul Mubaroq (alumni FMIPA) dan Umma Amalia (alumni fisipol) kemudian Stanley Haryanto (FMIPA), Aunisha Firdausy Rafi, (FMIPA), Winston Wiradi Pangerstu (SV), Yusuf Yudhistira (FMIPA), Andre(FMIPA) dan Endy Arfian (Fkehutanan).

Rektor UGM Prof Panut Mulyono secara resmi melaunching layanan aplikasi itu, di ruang sidang pimpinan setempat, Kamis (25/7/2019). Ghilam Nafadra Hakim mengatakan pembuatan aplikasi ini dilatarbelakangi budaya menolong di masyarakat Indonesia. Terutama jika ada yang mengalami musibah langsung memberikan pertolongan.

Karena itu budaya ini akan diterapkan di lingkungan UGM. Baik kepada civitas yang mengalami musibah maupun institusi UGM sendiri menyangkut dengan adanya kejanggalan atau hal-hal yang mencurigakan. Sehingga langsung ada respon dan tindakan dengan cepat.

“Itulah ide kami membuat aplikasi Bantu ini,” kata Ghilam soal aplikasi tersebut di kampus UGM, Kamis (25/7/2019).

Aplikasi Bantu ini memiliki 4 layanan utama yakni layanan keamanan, medis, pemadam kebakaran, dan otomotif, dimana dalam penggunaannya civitas akademika akan dilayani oleh petugas PK4L untuk layanan keamanan dan pemadam kebakaran, sedangkan layanan medis penanganan awal tetap dilakukan petugas PK4L namun akan dilakukan rujukan ke rumah sakit terdekat apabila dibutuhkan, sedangkan untuk layanan otomotif akan dilayani oleh bengkel terdekat.

Cara penggunaan aplikasi ini cukup sederhana, civitas akademika hanya perlu mendownload dan menginstal aplikasi ini dari playstore dan appstore, lalu login menggunakan akun gmail atau facebook serta memasukan nomor handphone yang kemudian akan dikirimkan kode OTP, setelah itu pengguna memilih layanan yang dibutuhkan, lalu mengisi deskripsi kejadian dan melampirkan foto kejadian, setelah itu kirim laporan dan tunggu hingga sistem menemukan hero (petugas P4KL) terdekat dari lokasi kejadian.

“Apabila laporan telah diterima hero maka pengguna dapat mengirim pesan ke hero atau meneleponnya serta pengguna dapat mengetahui posisi realtime hero. Setelah hero sampai ke lokasi kejadian dan memberikan bantuan yang dibutuhkan, pengguna dapat memberikan rating terhadap bantuan yang telah diberikan oleh hero,” papar Ghilman.

Untuk respons dari laporan, jika hero standbye maka akan direspons dalam waktu satu menit, namun jika hero terdekat tidak membawa handphone, laporan akan dialihkan kepada hero terdekat lainnya. Namun bila belum ada juga, maka setelah laporan kelima akan direspons oleh sumber pusat dan akan ditindaklanjuti. Sehingga maksimal untuk respons dan tindakannya maksimal lima menit.

“Namun petugas P4KL UGM hanya memberikan tindakan awal, untuk penangganan jika menyangkut medis atau mesin kendaraan, akan dibawa ke rumah sakit dan bengkel terdekat dengan UGM. Hanya saja aplikasi ini hanya di UGM dalam radius 5 km. Di luar UGM tidak bisa connet,” terangnya.

Selain 4 layanan utama tersebut, aplikasi Bantu juga memiliki fitur pendukung yakni nomor kedaruratan untuk wilayah DIY, berita sekitar UGM, dan Lost and Found. Diharapkan dengan peluncuran aplikasi ini dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi civitas akademika selama beraktivitas di lingkungan kampus UGM serta dapat menjadi layanan kedaruratan yang responsif.

“Kedepannya aplikasi ini juga dapat digunakan oleh kampus-kampus lain dan daerah-daerah lain di seluruh Indonesia,” harapnya.

Rektor UGM Prof Panut Mulyono Rektor menyambut baik adanya aplikasi tersebut. Sebab dengan aplikasi ini, jika ada gejala yang mencurigakan dan hal lain yang perlu mendapat petolongan, maka segera akan direspon dengan cepat dan tepat, sekaligus sebagao warning bagi yang ingin berbuat tidak baik ada yang mengamati. Sehingga akan mendukung lingkungan kerja dan menciptakan rasa aman.

“Kami akan terus berusaha memperbaiki rasa aman dan produksivitas kerja, sehingga kualitas UGM terus meningkat dan kontribusi semakin besar,” terangnya.

Kepala P4KL UGM Arif Nurcahyo menambahkan sebagai tindaklanjut dari aplikasi ini, para petugas P4KL sudah dibekali dengan kompetensi dasar evakuator. Sehingga meski tugas pokoknya dalam hal pengamanan dan penyelamatan, namun dalam memberikan layanan sebagai respon aplikasi Bantu tetap profesional.

“Aplikasi ini juga untuk meningkatkan kemampuan petugas P4KL semakin melek teknologi,” tambahnya.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1134 seconds (0.1#10.140)