Keputusan Turki Membeli S-400 Tak Bisa Diterima oleh Jenderal AS

Senin, 22 Juli 2019 - 11:39 WIB
Keputusan Turki Membeli S-400 Tak Bisa Diterima oleh Jenderal AS
Pesawat kargo pengangkut sistem pertahanan rudal S-400 Rusia saat tiba di Pangkalan Udara Murted, Turki. Foto/REUTERS/Kementerian Pertahanan Nasional Turki
A A A
WASHINGTON - Pembelian sistem pertahanan rudal S-400 buatan Rusia oleh Turki telah membuat hubungan AS-Turki berputar-putar dan menjadi ancaman bagi stabilitas aliansi NATO. Penasihat independen Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Jenderal Jack Keane, mengatakan tindakan Ankara itu tidak bisa diterima.

"Membeli sistem S-400 benar-benar terbang di hadapan kebijakan NATO terhadap perolehan sistem militer Rusia dan tidak dapat diterima. Kami tidak memiliki ketegangan seperti ini antara negara-negara NATO selama beberapa dekade," kata Keane, yang merupakan mantan wakil kepala staf militer AS, kepada surat kabar The Times, yang dikutip Sputniknews, Senin (22/7/2019).

Menurut jenderal Amerika itu, Washington bertindak benar dalam mengeluarkan Ankara dari program pesawat jet tempur siluman F-35. Kendati demikian, langkah tersebut juga menimbulkan masalah nyata bagi NATO.

Turki, ingat Keane, adalah satu-satunya negara Muslim di blok NATO, dan jalan menuju Timur Tengah dan Asia, serta menjadi negara yang paling strategis di dalam aliansi.

Mantan Duta Besar AS untuk Turki, Eric Edelman, menggemakan kekhawatiran Jenderal Keane. "AS dan Turki memasuki krisis serius," katanya. Dia percaya bahwa hal itu akan menjadi masalah yang mendalam dan berkepanjangan.

"Turki belum menjadi sekutu NATO yang andal untuk beberapa waktu, tetapi tidak ada mekanisme untuk mengusir sekutu jahat," ujar Edelman, sambil menekankan pentingnya negara yang dipimpin Presiden Recep Tayyip Erdogan itu.

"Hanya Turki yang sepenuhnya dapat demokratis dan harus menjadi sekutu kuat bagi AS dan NATO," imbuhh mantan diplomat Amerika itu.

Hubungan AS dengan Turki telah memburuk selama bertahun-tahun, dengan ketegangan meningkat menyusul upaya kudeta militer tahun 2016. Erdogan menuduh upaya kudeta terhadap dirinya itu didalangi Fethullah Gulen, seorang pengusaha dan ulama Turki yang tinggal di Pennsylvania.

Erdogan berulang kali meminta ekstradisi Gulen ke Turki, dan menuduh Washington menyembunyikan ulama tersebut. Gulen sendiri sudah berkali-kali membantah terlibat upaya kudeta.

AS dan Turki juga berselisih dalam mencapai tujuan masing-masing terkait operasi militer di Suriah. Ankara memerangi milisi Kurdi Suriah yang mereka duga berafiliasi dengan militan Kurdi Turki yang digolongkan sebagai teroris oleh pemerintah Erdogan. Namun, AS menjadikan milisi Kurdi Suriah sebagai sekutu untuk memerangi kelompok ekstremis Islamic State atau ISIS.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9052 seconds (0.1#10.140)