Fasilitas Baru Khusus Mobil Listrik Disiapkan TMMIN

Minggu, 21 Juli 2019 - 08:54 WIB
Fasilitas Baru Khusus Mobil Listrik Disiapkan TMMIN
TMMIN Siapkan Fasilitas Baru Khusus Mobil Listrik
A A A
JAKARTA - Investasi baru senilai Rp28 triliun digelontorkan Toyota Motor Corp (TMC) di Indonesia. Nilai investasi itu salah satunya untuk pengembangan mobil listrik (electric vehicle/EV) di Tanah Air. Melalui PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Toyota akan menyiapkan beberapa fasilitas pendukung termasuk fasilitas produksi.

“Ya arahnya kesitu (fasilitas produksi), tapi belum ada detail. Yang pasti kami investasi untuk (pengembangan) hybrid sebagai fist step,” tegas Presiden Direktur TMMIN Warih Andang Tjajono di Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2019, BSD City, Tangerang, kemarin.

Menurut Warih, komitmen investasi di Indonesia senilai Rp28 triliun tersebut tak hanya digunakan untuk pengembangan produk merek Toyota saja, tetapi Toyota Group secara keseluruhan. Pada periode sebelumnya (2015-2018) TMC telah menggelontorkan investasi senilai Rp20 triliun di Indonesia. Sehingga total investasi raksasa automotif Jepang itu sudah menembus Rp48 triliun hingga 2023 mendatang.

“Investasi sebelumnya untuk pengembangan mesin dan produk baru,” ungkap Warih. Toyota, kata dia, sudah melakukan perencanaan pengembangan produk dengan teknologi baru. Termasuk untuk memproduksi mobil listrik di dalam negeri. “Secara teknologi mau mobil fuel cell electric vehicle, hybrid, battery electric vehicles kami siap (produksi),” tuturnya.

Warih menegaskan, ke depan, indutsri automotif memang mengarah pada pengembangan mobil listrik. Karena itu pihaknya bersama seluruh stakeholder industri automotif terus melakukan upaya agar mobil ini mencapai nilai keekonomian, sehingga bisa terjangkau oleh masyarakat.

Nilai keekonomian tersebut akan dicapai dengan pengembangan komponen menggunakan bahan baku lokal. Termasuk dalam pengembangan power train. “Komponen akan dibuat supaya bisa digunakan untuk semua jenis mobil listrik. Kami juga berupaya agar industri komponen yang masuk dalam supply chain tetap survive dengan adanya shifting dari konvensional ke listrik itu,” paparnya.

Direktur TMMIN Bob Azam menambahkan, selain untuk memenuhi kebutuhan domestik, perlu dipikirkan juga pasar ekspor untuk mobil listrik. Tak hanya itu, dengan adanya keseriusan principal automotif dunia, Indonesia juga diharapkan bisa menjadi global supply chain untuk pasar dunia.

“Karena itu struktur industri harus kuat, upstream-nya juga di industri hilirnya. Apalagi kita punya natural resource yang besar untuk bahan baku mobil listrik,” kata Bob. Dia menambahkan, selain struktur industri yang kuat, perlu dukungan pemerintah dalam bentuk kerjasama bilateral. “Karena ada negara tujuan ekspor yang memberlakukan technical barrier untuk melindungi konsumen di dalam negerinya,” ungkap Bob.

Hal ini pernah dilakukan oleh Vietnam untuk mobil-mobil asal Indonesia. Vietnam, mengeluarkan kebijakan yang mewajibkan mobil-mobil yang masuk ke nagara itu harus memiliki kemudahan akses untuk kalangan difabel. Juga bahasa yang ada dalam buku panduan atau komponen mobil harus menggunakan bahasa Vietnam dan tidak boleh menggunakan bahasa asing.

Karena itulah, kata Bob, perlu dilakukan Mutual Recognition Agreement (MRA) yang melibatkan Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Luar Negeri, juga asosiasi automotif seperti Gaikindo. “Dengan adanya MRA maka pengetesan mobil dilakukan di negara asal bukan negara tujuan (pengimpor),” tuturnya
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.0257 seconds (0.1#10.140)