Demo Tolak Mafia Proyek, Massa Bawa Kura-Kura, Tikus dan Boneka

Kamis, 11 Juli 2019 - 20:47 WIB
Demo Tolak Mafia Proyek, Massa Bawa Kura-Kura, Tikus dan Boneka
Ratusan pengunjuk rasa mendatangi Kantor Kejari Demak Kamis (11/7/2019). FOTO/IST
A A A
DEMAK - Ratusan pengunjuk rasa mendatangi Kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) Demak Jawa Tengah sambil membawa kura-kura. Mereka menilai, aparat Kejaksaan bertindak lambat dalam menangani sejumlah kasus dugaan pelanggaran hukum di bidang jasa konstruksi.

"Kita aksi damai, dan kita serahkan kado kepada pihak Kejaksaan berupa hewan kura-kura. Ini sebagai simbol, bahwa proses hukumnya berjalan lambat. Ada dua kasus di bidang jasa konstruksi, tapi masih belum jelas," ujar koordinator aksi, Suwarko, Kamis (11/7/2019).

Para pengunjuk rasa yang menaiki kendaraan truk lengkap dengan pengeras suara itu kemudian bergerak ke Kantor Bupati Demak. Mereka menggelar orasi, menuntut pemerintah bersikap tegas dan tidak tunduk terhadap pihak tertentu.

"Kita ingin Pemerintah Demak itu bisa independen, tidak terpengaruh oleh jasa konstruksi tertentu. Jangan menjadi boneka. Jika ada lelang ya sifatnya terbuka, jangan ada KKN atau korupsi, kolusi, dan nepotisme," tegas dia.

Dalam kesempatan itu, massa juga membawa sebuah boneka yang diberikan kepada perwakilan Pemda Demak. Mereka berharap para pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Demak mampu berkomitmen memajukan masyarakat tanpa terkecuali.

"Tetapi fakta yang ada, perwujudan pemerintah bersih dan bebas KKN di Kabupaten Demak ternyata masih jauh. Kami yang tergabung dalam Aspirasi Jasa Konstruksi Demak (AJKD) menilai ada kegagalan birokrasi di Pemerintah Kabupaten Demak dalam upaya memerangi budaya korupsi, kolusi dan nepotisme," terangnya.

"AJKD menilai proses pengadan barang dan jasa pemerintah dari hulu sampai hilir, disinyalir dan diduga tidak dilaksanakan sesuai ketentuan dan peraturan. Indikasi pengondisiaan pekerjaan, lelang tertutup (terkondisikan), hingga dugaan pungutan liar selalu mengemuka dan terus berlangsung," tuturnya.

"Mafia proyek berkeliaran, dan terus melakukan perbuatan transaksi sepihak untuk mengondisikan guna memonopoli pekerjaan bagi kelompok tettentu. Anehnya Pemerintah Kabupaten Demak cenderung pasif, serta tidak professional dan independen," tandasnya.

Aksi massa itu kembali berlanjut ke Kantor DPRD Demak. Namun, mereka tak bisa bertemu dengan wakil rakyat, bahkan pintu pagar tertutup rapat. "Kita serahkan hewan tikus kepada pihak Sekretariat Dewan, karena anggota DPRD tidak ada. Tikus itu menyimbolkan agar wakil rakyat berani bersikap, jangan pula menjadi koruptor," pungkasnya.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 5.0159 seconds (0.1#10.140)