Jadi Korban Zonasi Anak Miskin Ini Pilih Tak Melanjutkan ke SMP

Kamis, 11 Juli 2019 - 18:38 WIB
Jadi Korban Zonasi Anak Miskin Ini Pilih Tak Melanjutkan ke SMP
Muhammad Pasha Pratama membawa sepatu yang sudah terlanjur dibeli yang akhirnya terlempar dari sekolah yang paling dekat dengan rumahnya. FOTO/SINDOnews/Suharjono
A A A
GUNUNGKIDUL - Upaya pemerintah menerapkan sistsm zonasi menjadikan masyarakat kebingungan. Ini lantaran implementasi zonasi yang tidak ads parameter jelas sehingga banyak anak didik menjadi korban.

Seperti halnya dialami Muhammad Pasha Pratama, 12, warga Dusun Bulu, Desa Bejiharjo, Karangmojo. Remaja ini gagal masuk SMP yang jaraknya paling dekat dengan rumahnya, yaitu SMPN 2 Karangmojo. Pasha sapaan akrab anak dari Sugeng yabg sehari - hari menjadi tukang batu ini terlempar dengan alasan zonasi. Padahal SMPN 2 Karangmojo masih satu desa yaitu Desa Bejiharjo yang hanya berjarak 2, 5 km dari rumahnya.

"Padahal Pasha sudah beli peralatan seperti sepatu tas buku dan lainnya, namun anaknya tidak mau sekolah karena terlempar di sekolah tersebut," ucap Riyanto kerabat Pasha kepada SINDOnews, Kamis (11/7/2019).

Menurutnya, Pasha sempat ditawari sekolah yang lebih jauh. Namun dia memikirkan uang untuk sekolah, karena masuk sekolah swasta dan jaranya lebih jauh. Akhirnya bocah tersebut memilih tidak sekolah. "Kami berharap ada kebijakan SMPN 2 Karangmojo sehingga sepupu saya bisa sekolah," bebernya.

Ketika ditemui Pasha pun hanya tertunduk. Dia sempat meneteskan air mata karena gagal sekolah di SMP yang paling dekat dengan rumahnya. "Kalau sekolah jauh tidak ada biaya, lebih baik saya bekerja membantu bapak. Ibuk sudah meninggal," ucap anak semata wayang pasangan Sugeng dan alrmarhumah Suparni ini.

Dia mengaku bingung lantaran nilainya bukan paling bawah. Dengan nilai 15, 83 dia sempat optimistis diterima. Namun saat dicek namanya tidak ada di papan pengumuman. "Katanya tidak masuk zonasi," tuturnya.

Ketika dikonfirmasi Kepala Sekolah SMP N2 Karangmojo, Tumijo membenarkan hal tersebut. Ini lantaran sekolah tersebut kelebihan peminat sehingga dilakukan penilaian dengan aplikasi. "Untuk Pasha, skornya 125 banyak juga di skor tersebut namun karena aplikasi dia terlempar," katanya.

Pihaknya masih menunggu koordinasi dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga terkait hal ini. "Karena kita menerapkan zonasi dengan jarak ukur udara. Kita juga tidak tahu mengapa seperti ini," tandasnya.

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Gunungkidul, Bahron Rosyid mengatakan, SMP Negeri 2 Karangmojo memang mengalami kelebihan siswa. Sehingga kemungkinan Pasha sendiri kalah dengan siswa yang lebih dekat jaraknya dengan sekolah. "Kita juga sudah bertemu Ombudsman Republik Indonesia (ORI) perwakilan DIY, kita akan bahas bersama mencari solusi," katanya.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.8033 seconds (0.1#10.140)