Semester I 2019, Sleman Terjadi 551 Kasus DBD dan 1 Meninggal Dunia

Senin, 08 Juli 2019 - 13:06 WIB
Semester I 2019, Sleman Terjadi 551 Kasus DBD dan 1 Meninggal Dunia
Semester I 2019, Sleman Terjadi 551 Kasus DBD dan 1 Meninggal Dunia. Ilustrasi
A A A
SLEMAN - Pemkab Sleman mewaspadai terjadinya siklus peningkatkan kasus demam berdarah dengue (DBD) pada tahun 2019. Hal tersebut bukan tanpa alasan. Sebab hingga Juni kasus DBD sudah mencapai 551 kasus, satu diantaranya meninggal dunia. Padahal tahun 2018 hanya terjadi 144 kasus. Sehingga dengan kondisi tersebut dipredisikan kasus DBD akan meningkat.

“Sleman memang punya siklus empat tahunan. Sehingga tahun 2019 ini diprediksi meningkat,” kata kepala dinas kesehatan (Dinkes) Sleman, Joko Hastaryo saat pembukaan jambore tanggap bocah (tabo) gerakan berantas DBD di lapangan pemda Sleman, Senin (8/7/2019)

Joko menjelaskan dari data yang ada, pada tahun 2016 di Sleman tercatat ada 880 kasus DBD, sembilan di antaranya meninggal dunia. Tahun 2017 ada 427 kasus DBD, dengan tiga orang meninggal dunia. Sedangkan tahun 2018, ada 144 kasus DBD, satu penderita meninggal dunia.

“Mengacu pada pola siklus ini, sehingga kami waspadai kasus DBD akan meningkat,” terangnya.

Joko menjelaskan sebagai antisipasi dan pencegahan kasus DBD, selain mengimbau kepada warga untuk mewaspadai DBD, diantaranya dengan menjaga kebersihan lingkungan. Juga dengan menggiatkan gerakan PSN di lingkungan masing-masing serta membiasakan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).

“Ini perlu kesadaran bersama. Kalau mengandalkan pemerintah tentu tidak akan mampu. Maka setidaknya setiap rumah harus mempunyai satu Jumantik (Juru Pemantau Jentik),” paparnya.

Menurut Joko, endemi DBD di Sleman tertinggi masih di lima kecamatan, yaitu kecamatan Depok, Gamping, Mlati, Kalasan, dan Ngaglik.

Bupati Sleman, Sri Purnomo mengatakan dengan siklus empat tahunan ini, pihaknya meminta warga untuk tetap mewaspadai DBD. Diantaranya dengan gerakan pemberantasan sarang nyamum dan pola hidup bersih dan sehat.

“Karena itu dengan jambore Tabo ini diharapkan bisa menyadarkan untuk hidup bersih dan sehat guna meminimalisir DBD. Selain itu, Tabo DBD ini dimulai dari anak SD agar bisa memberikan contoh dan menyadarkan kepada keluarga,” harapnya.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.0971 seconds (0.1#10.140)