Yanni Mampu Pukau Penonton Prambanan Jazz Festival

Minggu, 07 Juli 2019 - 18:05 WIB
Yanni Mampu Pukau Penonton Prambanan Jazz Festival
Membawakan 22 lagu hitsnya, pianis kondang asal Yunani, Yanni, tampil memukau di hadapan ribuan oran gdi hari kedua Prambanan Jazz Festival di Candi Prambanan, Sabtu (6/7/2019). (KORAN SINDO/Thomas Manggala)
A A A
SLEMAN - Hari kedua Prambanan Jazz Festival di Rorojonggrang Stage, Candi Prambanan, Sabtu (6/7) malam pengunjung duguhgui tontonan memukau dari musisi yang juga komposer legendaris dunia, Giannis Chrysomallis atau lebih dikenal dengan Yanni. Di sela penampilannya, pianis kondang itu memberikan pesan kuat tentang damai dan toleransi

Dalam penampilannya di Rorojonggrang Stage, pemusik kelahiran Kalamata, Yunani, 14 November 1954 ini membawakan sebanyak 22 lagu dari beberapa album yang telah dia ciptakan selama karir bermusiknya sejak tahun 70-an. Sembilan di antaranya merupakan lagu-lagu yang terdapat dalam album Live at The Acropolis, seperti Santorini, Keys to Imagination, Until The Last Moment, The Rain Must Fall, Reflections of Passion, Acroyali, Standing in Motion, One Man’s Dream, dan Nostalgia. Dalam deretan lagu lagu tersebut terkandung pesan kuat mengenai refleksi dari seorang untuk hidup yang lebih baik untuk mendapatkan hidup yang damai, toleransi menghargai sesama ciptaan mahluk hidup.

Konsep dari musik Yanni sendiri yang mengusung One World One Human telah mampu menyampaikan bahasa secara universal melalui musik-musiknya yang indah. Di samping itu, musisi utama dalam musik Yanni berasal dari berbagai macam negara dan instrumen yang digunakan juga dari bermacam etnik dan mampu menciptakan harmoni lagu yang eksotik dan menginspirasi sebut saja Charles Adams (drum) Jason Carder (trompet dan flugelhor), James Mattos (french horn), Mary Simpson (biola), Dana Tebow (trombon) serta lauren Jelencovich dari Amerika, Benedikt Brydern (biola) dari Jerman, Yoel Del Sol (perkusi) dari Kuba, Ming Freeman (keyboard) dari Taiwan, Sarah O brien (cello) dari Inggris, Gabriel Vivas (bass) dari Venezuela, Samvel Yervinyan (biola) dari Armenia, Alexander Zhiroff (cello) dari Rusia.

Pesan-pesan dalam lagu dan beragamnya musisi yang mengiringi Yanni itulah yang selalu dia hadirkan ketika bermain dihadapan jutaan penonton di lokasi spesial seperti Acropolis Yunani, Kota Terlarang di China, Kremlin di Rusia, Taj Mahal India, Kastil El Moro di Puerte Rico, Kota Kuno Byblos di Lebanon dan Roman Theatre of Carthage di Tunisia serta Burj Khalifa di United Arab Emirates.

Tepuk tangan meriah menyambut hadirnya Yanni dengan balutan kemeja putih dan musisi pengiring ke tengah panggung dan tanpa banyak berbasa basi seluruh pemusik brass biola, keyboard, drum memulai aksinya di bawah komando Yanni yang sontak mulai menaikan adrenaline penonton dan tak lama For All Season dihadirkan dengan irama mendayu yang kemudian membangun suasana syahdu berpadu dengan bangunan heritage dan pencahayaan apik panggung.

“Apa kabar? Saya senang ada di Jogja dan bisa tampil di tempat yang indah dan penonton yang luar biasa ini benar benar malam yang indah buat saya dan kami semua,” sapa Yanni kepada para penggemarnya begutu usai membawakan tiga karya terbaiknya di atas panggung spesial show.

Aransemen When Dreams Come True dan The Rain Must Fall dimainkan dengan apik dengan skill mumpuni musisi pengiring benar benar memantik decak kagum ribuan pasang mata panggung spesial show. Reflection of Passion dan Vertigo pun menjadi nomor selanjutnya yang dimainkan Yanni bersama rekan dengan menonjolkan kemampuan keyboardist asal Taiwan Ming Freeman.

Penampilan ini diikuti lagu bernuansa mandarin, Nightgale dengan paduan senandung merdu dari Lauren Jelencovich yang memukau. Acroyali dan Desire lantas menjadi nomor selanjutnya sebelum Yanni menyapa kembali Yogyakarta. Yanni sempat mengungkap delapan bulan lalu seharusnya ia bermain di Prambanan namun sebuah kecelakaan membuatnya gagal terbang ke Yogyakarta.

"Saya melihat foto seorang penggemar sedang berdoa dengan latar Candi Prambanan dan wajahnya begitu penuh dengan kedamaian. Itu yang membuat saya merasa bersemangat untuk datang dan sekarang semuanya terlaksana,” kata Yanni.

Nostalgia juga dimaknkan dengan sangat luar biasa yang membuat penonton melakukan standing ovation. “My dream come true, saya bisa datang ke Indonesia dan bermain berlatar bangunan bersejarah Candi Prambanan. Ini karena saya bermimpi, dan itu nyata dan kalian pun bias mewujdukan mimpi apabila kalian tak pernah menyerah berjuang wujudkan mimpi,” tutur Yanni.

Yanni memberikan encore lagu One Man’s Dream yang begitu mendunia pun menjadi puncak penampilan Yanni di Prambanan kali ini. Lagu menyayat hati tersebut lagi-lagi membawa suasana campur aduk penonton yang hadir malam tadi.

Meski begitu, Yanni enggan menemani perjalanan pulang penontonnya dengan perasaan sedih. Lagi The Storm yang mengajak audience bertepuk tangan dan sekaligus mengakhiri aksi menakjubkan dari seorang maestro musik sekaliber Yanni yang benar memuaskan penonton.

Nama Yanni mulai dikenal publik secara luas dalam konser secara langsung di Acropolis Yunani, dan disiarkan oleh PBS (TV Publik di Amerika), menjadikan album Yanni Live at Acropolis sebagai album terlaris di dunia nomor dua setelah album Thriller milik Michael Jackson. Album itu terjual sebanyak 7 juta kopi di seluruh dunia dan menjadi salah satu siaran paling populer dari PBS dengan jumlah penonton 500 juta orang di 65 negara.

CEO Rajawali Indonesia, Anas Syahrul Alimi memaparkan, kehadiran Yanni pada Prambanan Jazz Festival 2019 menjadi momen yang sangat mengharukan bagi banyak orang, di mana seorang musisi legendaris dunia yang telah lama dinantikan akhirnya bisa diboyong untuk tampil di Indonesia.

Secara umum, Prambanan Jazz Festival 2019 hari kedua mampu menyedot sebanyak lebih dari 15.000 penonton yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan mancangeara. Baginya, apa yang menjadi ekspektasi promotor sejak lama bersama Yanni berhasil terwujud pada hari ini. Bahkan, mahakarya musik Yanni dan Candi Prambanan mampu menyatu dan berhasil menciptakan energi positif yang magis.

“Secara konser menurut kita ini sangat luar biasa dan sesuai ekspektasi, di mana musik Yanni dimainkan di hadapan World Heritage benar-benar bisa menyatu dan mampu menciptakan energi positif yang magis,” ujar Anas.

Bahkan hal itu pun dirasakan pula oleh Habib Luthfi bin Yahya, seorang tokoh agama ternama Indonesia yang bisa menyaksikan secara langsung musisi idolanya. Sampai-sampai kata Anas, Pemimpin Forum Ulama Sufi Sedunia ini menangis terharu dibuatnya.

“Bagi orang-orang yang senang musik, musik dari beliau (Yanni) memang sangat luar biasa. Musik beliau patut untuk diapresiasi. Saya mengagumi beliau, karena beliau adalah selaku pembaharu di dunia musik yang bisa mengkombinasikan berbagai jenis nuansa musik. Bisa mengambil dari Yunani, Timur Tengah, China dan lainnya menjadi sesuatu yang luar biasa. Itu menurut saya,” tutur Habib Luthfi.

Selain Yanni, Rida Sita Dewi dan Langit Sore yang menjadi penampil di hari kedua di Prambanan Jazz Festival 2019, sederet nama besar lainnya pun tak luput menjadi kemeriahan yang ada di dalamnya. Mereka adalah Astrid Sulaiman “Straight and Stretch”, Maliq & D’Essentials, Pusakata, Saxx in The City, Yovie & His Friend dan ditutup dengan penampilan Yura Yunita.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9768 seconds (0.1#10.140)