Puskesmas Mlati II Sleman, Cikal Bakal RS Bethesda Tinggalan Belanda

Senin, 01 Juli 2019 - 06:55 WIB
Puskesmas Mlati II Sleman, Cikal Bakal RS Bethesda Tinggalan Belanda
Pengendara sepeda sedang melintas di depan bangunan utama Puskesmas Mlati II, Sleman. FOTO/SINDOnews/Priyo Setyawan
A A A
JIKA dilihat sekilas, Puskesmas Mlati II yang terletak di Cabakan, Sumberadi, Mlati, Sleman sama saja dengan yang lain. Namun jika diamati, bangunan tua yang berada di bagian timur jalan Kantor Kecamatan Mlati atau utara bekas pabrik gula Cebongan tersebut memiliki sejarah menarik.

Bangunan Puskesmas Mlati II merupakan gedung lama yang dibangun saat masa penjajahan Belanda. Dulunya bangunan itu dijadikan sebagai rumah sakit pembantu Petronella (kini RS Bethesda Yogyakarta) yang dibangun pada 1879 oleh keluarga Enger.

Selain memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum di pelosok yang jauh dari kota, rumah sakit pembantu ini juga melayani kesehatan kepada pekerja pabrik gula Cebongan.

Puskesmas Mlati II terdiri dari bangunan induk dan dua gedung tambahan yang dihubungkan dengan selasar dengan ciri bangunan indis (bangunan gaya Belanda) yaitu langit-langit dan jendela tinggi, beranda depan dan belakang, denah simetris, serta bangunan tambahan di samping kanan kiri bangunan induk.

Rumah sakit pembantu ini sempat ditutup pada 1932, lalu dibuka lagi pada 1935. Sesudah kemerdekaan, pengelolaan rumah sakit diserahkan kepada pemerintah dan ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya.

Hingga sekarang bangunan itu tetap difungsikan sebagai tempat layanan kesehatan, yakni Puskesmas Mlati II. Staf Puskesmas Mlati II, Nur Subiyanto mengatakan dari tiga bangunan rumah sakit peninggalan Belanda itu, semuanya masih difungsikan untuk layanan kesehatan.

Bangunan depan atau utama digunakan untuk pelayanan umum kesehatan, seperti pendaftaran, gigi, ibu anak, keluarga berencana (KB), laboratorium, farmasi dan rekam medis. Bangunan tengah, untuk ruang psikologi, fisioterapi, konsultasi gizi, pelayanan masyarakat, rontgen, pepustakaan dan ruang kepala puskesmas. Sementara bangunan belakang, untuk ruang TU, rawat inap dan dapur umur.

"Semua bangunan bentuknya masih dipertahanakan sama seperti bangunan awal. Untuk renovasi hanya memperbaiki yang rusak dan ada penambahan yang tidak mengubah aslinya, seperti bangunan untuk tepat duduk di depan bangunan utama sebagai ruang runggu," kata Nur Subiyanto.

Menurut Nur Subiyanto, Puskesmas Mlati II ini juga sering mendapat kunjungan atau tempat studi banding dari instansi lain, baik yang menyangkut tentang sejarah bangunan maupun pelayanan Puskesmas Mlati II. Apalagi puskesmas ini juga ditetapkan menjadi puskesmas terbaik nasional.

"Dari sisi sejarah, bangunan ini menjadi saksi sebagai tempat pelayanan kesehatan pertama di Sleman," ungkapnya.

Kepala Seksi Museum dan Purbakala (Kasi Muskala) Dinas Kebudayaan (Disbud) Sleman, Risliani mengatakan, bangunan Puskesmas Mlati II memiliki nilai sejarah penting. Hal itu dapat dilihat dari layanan kesehatan maupun pabrik gula. "Maka keberadaanya harus terus dijaga dan dilestarikan," katanya.

Sehingga bukan hanya menjadi kebanggaan tapi juga dapat menjadi narasi sejarah yang dapat diketahui dan dijaga oleh generasi yang akan datang. "Inilah yang harus kita lakukan," paparnya.

Kepala Puskesmas Mlati II Veronica Evita Setianingrum menambahkan, dari bangunan ini banyak yang bisa dipelajari terutama dari sisi arsiteknya. Meski bentuk bangunannya sudah kuno dan tidak sesuai dengan perkembangan zaman tapi sudah disesuaikan dengan kondisi Indonesia yang tropis. Di antarnya untuk ventilasinya dengan bentuknya yang tinggi. Istimewanya, bangunan ini tidak membutuhkan Air Conditioner atau AC. Sehingga selain ramah lingkungan, juga hemat energi.

"Untuk menghargai kebudyaan, selain harus dilesarikan juga memanfaatkannya seoptimal mungkin," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.3942 seconds (0.1#10.140)