Embun Upas, Keindahan Dieng di Musim Kemarau

Jum'at, 28 Juni 2019 - 22:00 WIB
Embun Upas, Keindahan Dieng di Musim Kemarau
Memasuki musim kemarau, dataran tinggi Dieng di Wonosobo, mengalami penurunan suhu hingga 0 derajat Celsius yang menimbulkan fenomena empun upas. FOTO/Twitter/Sutopo Purwo Nugroho
A A A
JAKARTA - Dataran tinggi yang cukup populer di Indonesia adalah Dieng. Tinggi wilayah yang masuk Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo tersebut sekitar 2.000 mpdl dengan suhu cukup dingin.

Memasuki musim kemarau, suhu di Dieng bisa mencapai 0 derajat Celcius, hingga menimbulkan embun upas. Embun upas sendiri merupakan istilah yang diberikan penduduk sekitar untuk menyebut fenomena Dieng berselimut es di musim kemarau.

Puncak musim kemarau biasanya terjadi antara bulan Juli-Agustus. Namun, sejak Mei suhu di Dieng bisa mencapai minus. Hal serupa juga kerap terjadi di beberapa dataran tinggi di Indonesia, seperti Gunung Semeru. Fenomena ini membuat Dieng lantas berselimut es.

Menurut penuturan warga sekitar Dieng, fenomena es tersebut disebabkan embun upas atau embun racun dalam bahasa setempat. Embun ini dingin dan beku, turun ke permukaan sekitar pukul 04.00—05.30 WIB.

Dikutip dari Travelingyuk, embun ini menyelimuti daratan Dieng dan menimbulkan lapisan es, yang perlahan bakal mencair usai terkena terik matahari. Fenomena alam ini memberikan dampak positif dan negatif bagi masyarakat sekitar, tapi masyarakat sudah terbiasa lantaran terjadi hampir tiap tahun. Fenomena alam embun upas membuat Dieng membeku berselimut es. Hasilkan pemandangan unik yang menarik perhatian wisatawan.

Tak heran jika kawasan wisata Dieng makin ramai dengan adanya fenomena embun upas ini. Terutama pada bulan Agustus, puncak musim kemarau yang sekaligus bertepatan dengan gelaran Dieng Culture Festival.

Meski cantik, embun upas mematikan lantaran fenomena ini menimbulkan kerugian berupa rusaknya lahan pertanian masyarakat. Banyak tanaman yang basah, mengeras, dan mati. Tanaman kentang yang usianya kurang dari 60 hari akan langsung mati jika terkena embun upas. Sementara jenis yang lebih tua masih bisa bertahan, namun daunnya akan berwarna coklat. Hal ini otomatis menyebabkan menurunnya jumlah produksi.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.6139 seconds (0.1#10.140)