Cegah Antraks, Sleman Sosialisasikan Kebijakan Penanganannya

Jum'at, 21 Juni 2019 - 07:26 WIB
Cegah Antraks, Sleman Sosialisasikan Kebijakan Penanganannya
Kepala Dinkes Sleman Joko Hastaryo memberikan penjelasan soal antraks saat sosialisasi kebijakan penanggana antraks bagi camat, kepala desa, puskesmas, puskeswan dan penyuluh peternakan Sleman di ruang Praja I, Pemkab setempat, Kamis (20/6/2019).
A A A
SLEMAN - Pemkab Sleman menyosialisasikan kebijakan penangganan antraks bagi camat, kepala desa, puskesmas, puskeswan dan penyuluh peternakan Sleman di ruang Praja I, Pemkab setempat, Kamis (20/6/2019). Selain untuk menyamakan persepsi tentang penanganan penyakit Antraks, kegiatan tersebut juga sebagai antisipasi dan pencegahan antraks di Sleman.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman, Joko Hastaryo mengatakan antisipasi ini penting. Sebab di Sleman pernah ditemukan adanya penyakit atraks tersebut pada sapi di wilayah Pakem, tahun 2003 lalu. Sehingga meski setelah itu hingga sekarang tidak ada kasus antraks, namun tetap harus ada antisipasi dan mencegah terjadinya antraks.

Apalagi penyakit ini zoonosis atau bisa menular ke manusia melalui kulit, inhalasi dan mulut melalui makanan dan bersifat spora. “Antraks sendiri merupakan penyakit menular pada hewan peliharaan atau liar pemamah biak seperti sapi, domba, kerbau, kuda dan babi yang disebabkan oleh bakteri Bacillus antracis,” terang Joko dalam kegiatan tersebut.

Menurut Joko untuk pencegahan dan penanganan, diantaranya dengan memberlakukan kebijakan pengamatan pada penderita atau tersangka antraks di wilayah terpapar. Selain itu melakukan pengobatan dengan antibiotik dosis tinggi sedini mungkin bila ada penderita dengan gejala mirip antraks di puskesmas atau rumah sakit.

“Kita juga memberikan penyuluhan pada masyarakat dan melakukan koordinasi bersama lintas sektor dalam rangka mencegah penyebaran penyakit ke daerah lain,” paparnya.

Medik Veteriner Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (DPPK) Sleman Wisnu Sutomo, menambahkan pola penularan antraks pada manusia diantaranya adanya tradisi penyembelihan hewan ternak yang mati mendadak (rebahan). Biasanya daging rebahan tersebut kemudian dibagikan ke tetangga, bahkan dengan alasan ekonomi ada yang dijual dengan harga murah.

Padahal hewan ternak yang mati mendadak karena antraks tidak boleh dibuka karena oksigen yang masuk kedalam tubuh hewan tersebut dapat membantu pembentukan spora antraks. Hewan ternak mati mendadak sebaiknya jangan disembelih atau dibuka agar oksigen tidak masuk sehingga bakteri antraks akan hancur karena tidak sempat membentuk spora bersama dengan bangkai.

“Penularan antraks juga dapat terjadi karena konsumsi daging yang dimasak kurang matang,” tambahnya.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.2517 seconds (0.1#10.140)